-
Bahasa Indonesia
-
English
Ketika saya memberikan kuliah pengantar setiap awal semester selama 2 hari (Sabtu dan Minggu) di program MM Unwira Kupang – NTT, saya selalu meminta mahasiswa S2 untuk membandingkan diri mereka vs. VG (Vincent Gaspersz), sebagai berikut:
- Apakah Anda pernah tidak naik kelas dua kali di SMA?
- Apakah Anda adalah seorang lulusan sekolah (SMA) paling TIDAK berkualitas di Kupang-NTT?
- Apakah Anda pernah tidak naik tingkat (gagal total) satu tahun karena mata kuliah Pengantar Statistika di program S1?
- Apakah Anda pernah dihukum untuk tidak mengikuti ujian S1 (tertunda satu tahun) dan HARUS pergi mengulang praktek lapang selama 6 bulan dengan kewajiban HARUS menulis laporan penelitian dari desa tempat praktek lapang itu?, Karena alasan ATTITUDE yang buruk?
- Apakah Anda pernah kesulitan membiayai uang sekolah sewaktu SMP sampai SMA sehingga harus tinggal pada orang lain agar mereka yang menanggung uang sekolah (1967-1973)?,
- Apakah Anda ketika kuliah S1 harus bekerja sebagai seorang sopir angkutan kota (bemo) agar bisa membiayai uang kuliah S1 (1974 – 1979)?.
100% mahasiswa S2 program MM Unwira menyatakan TIDAK!
Selanjutnya VG menyatakan bahwa karena Anda “bernasib” lebih baik daripada VG, maka secara LOGIKA peluang untuk SUCCESS bagi Anda seharusnya LEBIH BESAR daripada VG. Mereka semua tertawa dan saya TIDAK tahu apa maknanya, apakah dianggap sekedar mainan atau intermezo sebelum kuliah?
Lalu mengapa ke-GAGAL-an bertubi-tubi di atas bisa diubah menjadi SUCCESS gemilang? Kisah berikut adalah pengalaman pribadi saya merangkai SUCCESS secara bertahap berdasarkan pengalaman di atas.
Setiap orang berhak SUCCESS dalam bidang apapun, dari latar belakang apapun, tempat lahir di manapun, dan berbagai hal-hal buruk atau GAGAL yang melatarbelakanginya. TETAPI agar diketahui bahwa setiap hak untuk SUCCESS HARUS ada juga kewajiban yang menopangnya, dengan demikian akan menjadi seimbang antara hak dan kewajiban atau tanggung jawab.
Seperti tulisan saya sebelumnya, bahwa kita harus sadar diri, kemudian menemukan “True North” dan berjalan secara konsisten mengikuti True North kita itu. Namun dalam tulisan ini saya tidak akan membahas lagi tentang True North itu.
Pengalaman pribadi saya mengajarkan bahwa ada dua hal yang terpenting sebagai landasan untuk SUCCESS yaitu: Karakter dan Reputasi. Landasan di sini diibaratkan sebagai fondasi untuk membangun gedung (SUCCESS) agar TIDAK runtuh. Tentu saja berbeda antara membangun gedung 100 tingkat vs. 25 tingkat vs. 3 tingkat. Landasan yang akan dibahas di sini akan mampu membangun gedung (SUCCESS) berapa tingkat saja (hanya langit sebagai batasnya).
Karakter adalah berasal dari dalam diri kita dan 100% merupakan tanggung jawab pribadi sedangkan Reputasi adalah berasal dari luar diri karena berkaitan dengan penilaian orang lain dan lingkungan terhadap diri kita. Karakter dibangun dari fondasi Mindset yang benar secara universal. Mindset yang telah benar itu yang akan mengendalikan ATTITUDE kita, sehingga kita HARUS rela mengubah ATTITUDE itu. Kerelaan untuk mengubah ATTITUDE ini yang disebut sebagai sadar diri (self awareness). Dari ATTITUDE yang telah diyakini POSITIF itu barulah kita mempraktekkan setiap hari sehingga menjadi HABITS. Karakter terbangun berdasarkan HABITS kita itu!
Karena Karakter 100% adalah tanggung jawab kita secara pribadi, maka akan lebih mudah diatur dan dikendalikan oleh diri kita sendiri. Tantangan utama HANYA kerelaan atau kemauan saja untuk berubah. Di sini faktor CHANGE berhubungan dengan CHALLENGE (perubahan menghadapi tantangan). Banyak orang TELAH GAGAL dalam tahap CHALLENGE ini, Karena TIDAK RELA atau TIDAK MAU Berubah! Padahal seyogianya urutan agar SUCCESS adalah: Change, Challenge, Chance, Choice dan ke-4 C itu harus selalu ditopang oleh Commitment sehingga membentuk prinsip 5C untuk SUCCESS.
Saya pribadi meringkaskan bahwa terdapat 5 peraturan emas (golden rule) berkaitan dengan Karakter kita agar SUCCESS sebagai seorang professional di bidang apa saja, yaitu:
- Memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Dengan kata lain adalah kewajiban kita untuk memahami kebutuhan orang lain, baru kita meminta untuk orang lain memahami kebutuhan kita.
- Menjadikan diri kita sendiri sebagai suatu teladan dalam berbuat baik dalam segala hal. Hendaklah kita berlaku JUJUR (termasuk kepada diri sendiri) dan bersungguh-sungguh dalam segala hal seperti: belajar, bekerja, dll.
- TIDAK pernah mempermasalahkan situasi dan kondisi apapun yang terjadi, TETAPI kita mengkondisikan diri kita dalam situasi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada (menjadi seorang problem solver BUKAN problem maker).
- Selalu menjadikan diri kita agar bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan, karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan.
- Jika point 1-4 TELAH dilakukan secara benar dan konsisten, maka hasilnya diserahkan kepada Tuhan. Hal ini berarti kita menerapkan prinsip IMAN (Ikhlas Menjadikan Allah Nakhoda) dan KASIH (Kehendak Allah Selalu Isi Hati). Dan semua ini (IMAN & KASIH) HARUS diimplementasikan agar menciptakan Harmonisasi Antara Tindakan dan IMAN (HATI). Prinsip no 5 ini PENTING, karena PATUT dicatat bahwa Tuhan BISA “menggagalkan” kita meskipun kita TELAH benar dan konsisten menerapkan prinsip 1-4 dengan tujuan agar kita selalu bergantung kepada Tuhan (pengalaman pribadi VG). TETAPI Tuhan tidak mau membantu menyukseskan kita apabila kita TIDAK MAU atau TIDAK RELA menerapkan prinsip 1-4 di atas.
Setelah kita TIDAK LAGI bermasalah dengan Karakter di atas, maka landasan penentu SUCCESS berikut adalah berasal dari luar diri kita yaitu penilaian orang terhadap kita yang disebut sebagai Reputasi. Meskipun saya adalah seorang Doktor lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan Indeks Prestasi (IP) adalah 4.0 (Sempurna) TETAPI setiap kali saya bekerja sebagai seorang MT (Management Trainee: Level Paling Bawah) yang berhubungan dengan para profesional dari luar negeri, mereka selalu bertanya apa itu ITB? Saya HARUS menjelaskan panjang lebar tentang ITB beserta Reputasi bahwa Presiden pertama RI adalah lulusan ITB dan ITB itu adalah MIT (Massachusetts Institute of Technology) dari Indonesia. Menghadapi pertanyaan berulang-ulang tentang Apa itu ITB dari orang-orang di luar Indonesia, maka saya berkesimpulan bahwa menyandang sebagai seorang Lulusan ITB (IP = 4,0) TIDAK AKAN MAMPU membawa saya ke tahap SUCCESS di skala internasional dalam dunia professional di bidang industri.
Karena saya TIDAK MEMILIKI kesempatan lagi untuk belajar ke MIT, Harvard, dll yang memiliki Reputasi Dunia, maka saya HARUS memilih Asosiasi Profesional yang memiliki Reputasi Kelas Dunia dalam bidang keahlian saya agar saya TIDAK perlu lagi harus menyebut-nyebut tentang ITB sebagai MIT dari Indonesia. Itulah awal saya memilih menjadi anggota (sekarang anggota senior) dari ASQ (American Society for Quality: www.asq.org) sejak 1994 dan mulai berburu gelar profesional dari ASQ dan sekaligus menjadi anggota dari APICS (d/h American Production and Inventory Control Society: www.apics.org) sejak 1996 dan juga mulai berburu gelar profesional dari APICS. Setelah memperoleh pengakuan kompetensi profesional dari ASQ dan APICS, maka saya pribadi lebih mudah memasuki dunia profesional industri dan diakui ber-KOMPETEN. Itulah penting Reputasi yang diakui secara internasional.
NAMUN agar dicatat yang akan dibahas dalam tulisan berikut tentang mengapa saya berkali-kali (tiga kali) GAGAL ketika mengikuti ujian-ujian sertifikasi baik dari ASQ maupun APICS?
Salam SUCCESS.
The Foundation for SUCCESS As A Professional: Character and Reputation
When I gave a introductory course in the beginning of each semester for two days (Saturday and Sunday) in the Master’s of Management program at Unwira Kupang – NTT, I always asked the students to compare themselves vs. VG (Vincent Gaspersz), as follows:
- Have you ever failed a grade twice in high school?
- Are you a graduate from the least qualified high school school in Kupang, East Nusa Tenggara?
- Have you ever failed (a total failure) for a year due to Introduction to Statistics course in your undergraduate study?
- Have you ever been punished so as to not be able to take the undergraduate exam (delayed for one year) and OUGHT to go to repeat the field practicum for 6 months with the obligation to write research reports from the village where that field practicum took place due to bad ATTITUDE?
- Have you ever had trouble paying tuitions in junior high school to senior high school and had to stay at other people so that they bore the tuitions (1967-1973)?
- When you were in the undergraduate year’s of university, did you have to work as a driver of city transport (minibus) in order to pay for your tuition (1974 – 1979)?
100% of students in the Master’s of Management program at Unwira declared NO!
VG further stated that because your “luck” was better than VG’s, then LOGICALLY, your chance for SUCCESS had to be BIGGER than VG’s. They all laughed and I DID NOT know what it meant, was it considered as a game or an intermezzo before the course started?
Then why all those insistent FAILURES above can be transformed into resounding SUCCESS? The following story is my personal experience in stringing SUCCESS gradually based on the experience above.
Everyone is entitled to be SUCCESSFUL in any field, from any background, regardless any place of birth, and variety of bad things or FAILURES behind his/her journey. BUT it ought to be known that every right to be SUCCESSFUL SHOULD also have the obligation that sustains it; thus, there will be balanced between the rights and responsibilities or obligations.
As my previous article, that we should be aware of ourselves, then find the “True North” and run consistently following our True North. However, in this article I will not discuss again about that True North.
My personal experience has taught that there are two most important things for the cornerstone for SUCCESS, namely: Character and Reputation. The cornerstone here is described as the foundation for building a building (SUCCESS) so it will NOT collapse. Of course, there are differences between building 100 level vs. 25 level vs. 3 level building. The cornerstone which will be discussed here will be able to build a building (SUCCESS) no matter how many levels (only the sky as the limit).
Character is coming from within us and is 100% of our personal responsibility while Reputation is derived from outside because it relates to the judgment of others and the environment against ourselves. Character is built from the foundation of a correct universal mindset. That correct mindset will control our ATTITUDE, so we MUST be willing to change that ATTITUDE. This willingness to change ATTITUDE is referred to as self-awareness. From that ATTITUDE that has been believed to be POSITIVE, we then practice it every day to become HABITS. Character is awakened based on our habits!
Because Character is personally 100% of our responsibility, then it will be more easily managed and controlled by ourselves. The main challenge is JUST the willingness to change. Here, CHANGE factor relates to the CHALLENGE factor (change to face the challenge). Many people HAVE FAILED in this stage of CHALLENGE, because they are NOT WILLING or WILL NOT Change! Whereas, the order to be SUCCESSFUL is: Change, Challenge, Chance, Choice and that 4th C must always be supported by the Commitment in order to establish the principle of 5C for SUCCESS.
I personally summarize that there are 5 golden rules related to our Character in order to be SUCCESSFUL as a professional in any field, namely:
- Treat others as we wish to be treated. In other words, it is our duty to understand the needs of others first, then we ask for others to understand our needs.
- Make ourselves as an example in doing good in every way. Let us be honest (including to ourselves) and hardworking in all respects, such as: learning, working, etc.
- DO NOT ever blame any circumstances that happened, INSTEAD we condition ourselves in the right situation to resolve the existing problems (being a problem solver NOT a problem maker).
- Always make ourselves so that we benefit others and the environment, because the best possible human is preferably someone who is useful for others and the environment.
- If point 1-4 HAVE been done correctly and consistently, then the results should be trusted to God. This means that we apply the principles of IMAN (Ikhlas Menjadikan Allah Nakhoda) // FAITH (Sincerely Making God The Helmsman) and KASIH (Kehendak Allah Selalu Isi Hati) // LOVE (God’s Will Always Fulfills Heart). And all these (IMAN & KASIH // FAITH & LOVE) MUST be implemented to create a Harmonization Between Action and Faith (HEART). This 5th Principle is IMPORTANT, because it is WORTH noting that God CAN “thwart” us although we HAVE correctly and consistently applied the principles 1-4 with the purpose so that we always depend on God (VG’s personal experience). BUT God does not want to help us to succeed if we DO NOT WANT or ARE NOT WILLING to apply the principles 1-4 above.
Once we no longer have problems with Character above, then the following determining ground for SUCCESS comes from outside ourselves, that is the assessment of others toward us, called Reputation. Although I was a Doctor from Bandung Institute of Technology (ITB) with the GPA of 4.0 (Perfect), BUT every time I worked as a MT (Management Trainee: the lowest level) and corresponded with professionals from abroad, they always asked what ITB was? I HAD to explain at length about ITB and its reputation that the first President of the Republic of Indonesia was also a graduate of ITB and ITB was like the Indonesia’s MIT (Massachusetts Institute of Technology). Faced with repeated questions about what ITB was from people outside Indonesia, I then concluded that bearing the title as a graduate of ITB (with GPA = 4.0) WOULD NOT BE ABLE to take me towards the phase of SUCCESS on the international scale in the world of industry professionals.
Because I DID NOT HAVE further opportunity to learn to MIT, Harvard, etc., that had Worldwide Reputation, then I OUGHT to choose the Professional Association which had a World-Class Reputation in my field of expertise so that I WOULD NOT need to mention about the ITB as the MIT of Indonesia. That was the beginning when I chose to become a member (now a senior member) of ASQ (American Society for Quality: www.asq.org) since 1994 and began to hunt professional titles of ASQ and as well as became a member of APICS (American Production and Inventory Control Society : www.apics.org) since 1996 and also began to hunt professional titles from APICS. After obtaining the recognition of professional competences of ASQ and APICS, I then found it personally easier to enter the industry professional world and be recognized as COMPETENT. That’s the important of Internationally-Recognized Reputation.
BUT must be noted that will be discussed in the following article about why I FAILED many times (three times) when taking certification exams both from ASQ and APICS?
Best regards for SUCCESS.