-
Bahasa Indonesia
-
English
Jika melihat analisis ekonomi makro berikut, sesungguhnya NTT TELAH BANGKRUT! Tidak ada lagi kemandirian ekonomi bagi NTT, karena berapapun tingginya pertumbuhan ekonomi di NTT, sekitar 20% dari hasil itu telah disedot keluar NTT melalui deficit transaksi berjalan.
Akibat konsumsi yang terlampau tinggi TANPA diimbangi dengan produksi, maka NTT sesungguhnya telah TERGANTUNG pada industri-industri di luar NTT terutama yang menikmati pertumbuhan ekonomi NTT adalah Provinsi Jawa Timur!
Defisit transaksi berjalan telah sekitar 317% dari RAPBD NTT 2012, ditambah tidak ada politik anggaran yang berpihak pada Rakyat dalam pembangunan pendidikan dan kesehatan, maka bukan pesimis tetapi realistik: “HOPELESS”!
Sesungguhnya studi tentang NTT secara lengkap beserta rekomendasi telah dilakukan pada tahun 2002 dan telah dipublikasikan secara luas. Memang membutuhkan tindakan luar biasa untuk memajukan NTT. Laporan lengkap setebal 385 halaman dapat didownload secara GRATIS dari website berikut:
http://www.ntt-academia.org/files/LAPORANLENGKAP-STUDISDMNTT_VG.pdf
Dalam Studi Lengkap pada tahun 2002 yang dapat didownload secara gratis itu, pada halaman 41 telah dibuat pernyataan berikut:
“Suatu hal yang ironis bahwa daerah Nusa Tenggara Timur yang miskin harus ‘menyumbang’ sekitar Rp 1,046 trilyun (7,84%) per tahun ke daerah-daerah di luar NTT melalui defisit transaksi perdagangan karena pola hidup konsumtif yang meningkatkan ketergantungan pada impor barang dan/atau jasa dari luar NTT”.
Ternyata pada tahun 2013 keadaan telah memburuk dan pernyataan berikut dapat dibuat:
“Suatu hal yang ironis bahwa daerah Nusa Tenggara Timur yang miskin harus ‘menyumbang’ sekitar Rp 7,132 trilyun (20,23%) per tahun ke daerah-daerah di luar NTT melalui defisit transaksi perdagangan karena pola hidup konsumtif yang meningkatkan ketergantungan pada impor barang dan/atau jasa dari luar NTT”.
Kesimpulannya pembangunan ekonomi NTT selama satu dasawarsa (2002 – 2012) TIDAK MAMPU mengubah struktur perekonomian makro NTT, malahan semakin memburuk dan meningkatkan ketergantungan ekonomi NTT pada daerah-daerah lain di luar NTT (terutama Provinsi Jawa Timur)!
Tetapi jika struktur perekonomian NTT (Provinsi Termiskin di Indonesia) tidak mampu diubah oleh orang NTT sendiri (pejabat, ahli-ahli ekonomi NTT, dan masyarakat NTT), maka sampai kapanpun NTT akan tetap termiskin di Indonesia. Struktur perekonomian Indonesia memang lebih parah lagi!
Salam SUCCESS!
NTT’s Regional GDP at Current Prices (2012)
By looking at the attached macroeconomic analysis, truthfully NTT HAS GONE BANKRUPT! No more economic independence for NTT, because no matter how high NTT’s economic growth, about 20% of that growth have been sucked outside NTT through its current account deficit.
Due to exorbitant consumption WITHOUT being offset by production, then actually NTT has DEPENDED on the industries outside NTT, more specifically industries in East Java Province benefits from NTT’s economic growth!
The current account deficit has reached about 317% from NTT’s 2012 Local Budget, plus there is no budget politics that side with the people in building health and education; then, not pessimistic, but realistic: “HOPELESS”!
In fact, a complete study and recommendation about NTT have been done in 2002 and extensively published. There needs to be an extraordinary action to improve NTT. The complete report consists of 385 pages can be FREELY downloaded from the following website:
http://www.ntt-academia.org/files/LAPORANLENGKAP-STUDISDMNTT_VG.pdf
In that 2002 complete study in the link above, on page 41, there is a following statement:
“Suatu hal yang ironis bahwa daerah Nusa Tenggara Timur yang miskin harus ‘menyumbang’ sekitar Rp 1,046 trilyun (7,84%) per tahun ke daerah-daerah di luar NTT melalui defisit transaksi perdagangan karena pola hidup konsumtif yang meningkatkan ketergantungan pada impor barang dan/atau jasa dari luar NTT/What an ironic thing that the poor region of Nusa Tenggara Timur must ‘contribute’ about Rp 1.046 trillions (7.84%) per year to regions outside NTT through trading deficit due to consumptive lifestyle that increases dependency on imported goods and/or services from outside NTT”.
Turns out, in 2013, the situation has worsened and the following statement can be made:
“What an ironic thing that the poor region of Nusa Tenggara Timur must ‘contribute’ about Rp 7.132 trillions (20.23%) per year to regions outside NTT through trading deficit due to consumptive lifestyle that increases dependency on imported goods and/or services from outside NTT”.
In conclusion, NTT economic development for one decade (2002 – 2012) IS UNABLE to change NTT’s macroeconomic structure, instead it is getting worsened and increasing NTT’s economic dependency on other regions outside NTT (especially East Java Province)!
However, if NTT’s economic structure (The Poorest Province in Indonesia) couldn’t be changed by NTT people themselves (officials, NTT economists, and NTT people), then until whenever NTT will keep being the poorest in Indonesia. Indonesia’s economic structure is even worse actually!
Best Regards for SUCCESS!