-
Bahasa Indonesia
-
English
Kisah berikut adalah suatu percobaan nyata terhadap monyet-monyet yang memiliki dampak psikologis. Dapat dianalogikan berlaku juga untuk orang-orang (manusia)!
Percobaan ini dilakukan oleh seorang Profesor Psikologi di Harvard University!!
Mulanya di sebuah kandang diisi dengan tiga ekor monyet.
Di dalam kandang, digantung sebuah pisang yang terikat pada seutas tali dan ada anak tangga di bawahnya.
Tak lama kemudian, seekor monyet menuju ke tangga dan mulai mendaki ke arah pisang. Begitu menyentuh tangga, maka semua monyet pun disemprot dengan air dingin. Penyemprotan dengan air dingin dimaksudkan sebagai “hambatan” untuk menciptakan efek traumatik!
Setelah beberapa saat, monyet lain mencobanya dengan hasil yang sama – semua monyet disemprot dengan air dingin.
Tak lama kemudian, ketika ada seekor monyet lain yang mencoba untuk menaiki tangga, maka para monyet lainnya akan berusaha untuk mencegahnya. Pada saat ini “Efek Traumatik” telah mulai memiliki “dampak negatif”, yaitu “TAKUT GAGAL”!
Sekarang, sang Profesor mematikan keran air dingin itu dan bermaksud untuk tidak lagi melakukan tindakan penyemprotan air dingin!
Sang Profesor mengeluarkan seekor monyet yang telah mengalami efek traumatik dari kandang dan diganti dengan monyet yang baru.
Monyet baru itu pun melihat pisang dan ingin menaiki tangga.
Dengan perasaan heran, ngeri, dan bertanya-tanya: ia diserang oleh semua monyet lainnya (yang telah terkena efek traumatik), ketika monyet baru itu akan menaiki tangga untuk mengambil pisang. Dalam konteks ini “pengaruh lingkungan” (negatif—Takut Gagal) telah ikut memberikan pengaruh “Takut GAGAL”!
Setelah monyet baru “yang tidak tahu apa-apa itu” mencoba sekali lagi dan mendapat serangan bertubi-tubi dari monyet-monyet lain, maka monyet itu tahu bahwa jika ia masih berusaha untuk menaiki tangga, maka ia akan diserang. Karena pengaruh lingkungan lebih kuat daripada motivasi diri monyet baru itu, maka monyet baru yang tidak tahu apa-apa itu memutuskan untuk mengikuti pengaruh lingkungan, yaitu: “Dilarang untuk menaiki tangga untuk memperoleh pisang”!
Sang Profesor selanjutnya, menukarkan dua monyet lama yang pernah mengalami efek traumatik dengan dua monyet baru, secara bergiliran, satu per satu (tidak sekaligus)!
Satu per satu monyet pendatang baru itu pun pergi ke tangga bermaksud mengambil pisang, namun mereka diserang oleh semua monyet yang ada, termasuk sang monyet yang tidak tahu apa-apa (tidak pernah mengalami semprotan air dingin)!
Setelah mengganti monyet asli yang kedua dan ketiga, maka kini semua monyet yang pernah punya pengalaman disemprot dengan air dingin telah diganti dengan monyet-monyet baru.
Namun demikian, anehnya kini tidak ada lagi monyet yang berani mendekati tangga untuk mengambil pisang.
Mengapa monyet-monyet baru yang tidak tahu apa-apa itu tidak berani mengambil pisang?
Karena sejauh yang mereka tahu, begitulah peraturan yang berlaku di lingkungan monyet-monyet itu.
Ceritera di atas ternyata dapat dianalogikan dan berlaku juga untuk manusia. Memperoleh pisang dapat diibaratkan sebagai “SUCCESS”, perjalanan menuju tangga dapat diibaratkan sebagai proses menuju “SUCCESS” yang selalu mengalami hambatan berupa selalu GAGAL! “Takut Gagal” merupakan efek traumatik (apakah benar-benar pernah GAGAL) atau karena pengaruh lingkungan (orang tua dalam keluarga, teman-teman di tempat kerja, dll) “yang mengharuskan” untuk tidak melakukan tindakan apa-apa, karena tindakan yang dilakukan seolah-olah “PASTI GAGAL”!
Saya menyebut “Takut GAGAL” hanya sebuah “ilusi” BUKAN kenyataan/fakta!!?
Saya memberikan game menarik untuk dicobakan! TEST gambar berikut ke anak-anak sekolah (boleh juga guru-guru sekolah). Amati cara kerja mereka dalam latihan ini apakah mereka kreatif dalam berpikir dan bekerja atau mereka melakukan seperti orang-orang biasa. Dalam kehidupan nyata: Pintar saja TIDAK CUKUP, yang dibutuhkan adalah Cerdas dan KREATIF.
Jika mereka berpikir dan bekerja sebagaimana orang-orang biasa, maka mereka akan memulai permainan ini dengan mencari jalan mulai dari pojok atas (sebelah kiri), lalu akan mengalami hambatan, dan mereka akan mencari jalan lain, dan seterusnya dengan trial and error mungkin setelah 1 jam mereka akan menemukan jalan (jalur) yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak juga orang-orang SUCCESS melakukan trial and error, sehingga yang menyebabkan mereka SUCCESS adalah karena mereka mau berusaha terus-menerus TANPA menyerah.
TETAPI bagi orang-orang cerdas dan kreatif mereka akan langsung mulai mencari jalan mundur dari pojok paling bawah (sebelah kanan bawah), kemudian mengikuti jalan/jalur mana yang TIDAK ADA HAMBATAN, selanjutnya jalur itu yang dipakai/diterapkan secara DISIPLIN.
Pelajaran yang bisa dipetik dari permainan ini adalah: kita HARUS berpikir dari akhir, kemudian mendesain (secara simulasi) cara-cara paling CEPAT mencapai tujuan akhir. Titik berangkat atau mulai bisa saja sama, tetapi orang yang TELAH MEMILIKI Jalur/Jalan/Panduan TERCEPAT (TANPA HAMBATAN atau HAMBATAN MINIMUM) yang akan SUCCESS di kemudian hari.
Misalnya: apa yang diinginkan ketika kita pensiun di umur 65 tahun? Padahal kita sekarang baru berumur 25 tahun. Berapa orang yang ketika baru LULUS Sarjana (S1), katakanlah berumur 25 tahun TELAH MEMIKIRKAN PENSIUN PADA UMUR 65 TAHUN? Mungkin hanya 1 – 5 orang dari 100 orang yang berpikir tentang HAL-HAL PENTING YANG TIDAK MENDESAK dalam kehidupan nyata.
Salam SUCCESS!
Goes Astray to The Right Path: Fear to Fail vs. Dare to Fail!!!
The following story is a real experiment done on monkeys that have psychological impact on them. It can also be analogized to people (human)!
The experiment was done by a Psychology Professor from Harvard University!!
Initially, a cage was filled with three monkeys.
Inside the cage, a hand of bananas was tied to a rope and there were a platform stairs under it.
Shortly after, a monkey went towards the platform stairs to climb towards the hand of bananas. As soon as it touched the step, all three monkeys were sprayed down with cold water. This cold water spraying was meant as an “obstacle” in order to create a traumatic effect!
After awhile, another monkey tried to do the same with the same result – all monkeys were sprayed down with cold water.
Later on, when there was another monkey who tried to climb the platform stairs, the other monkeys would prevent it from doing so. At this moment, the “Traumatic Effect” had began to have a “negative impact”, which was the “Fear to Fail”!
Then, the Professor closed the cold water tap and intended to stop the cold water spraying from this point on!
The Professor sent a monkey that had experienced the traumatic effect out of the cage and switched it with a new monkey.
The new monkey then saw the hand of banana and wanted to climb the platform stairs.
However, the new monkey wondered and concerned as he was attacked by the other monkeys (that had experienced the traumatic effect), when it would about to climb the platform stairs to get the hand of bananas. In this context, the (negative) “community influence” has helped contributed to the “Fear to Fail”!
After that “clueless” new monkey tried one more time and was again attacked by the other monkeys, then it realized that if he tried to climb the stairs, then it would be attacked. Due to the stronger community influence compared to that new monkey’s personal motivation, then that clueless new monkey decided to follow the community influence, which is “Forbidden to climb platform stairs to get the hand of bananas”!
Furthermore, the Professor switched two old monkeys that had experienced the traumatic effect with two new monkeys, in turns one by one (not all at once)!
One by one, the newer monkeys then went toward the stairs to get the bananas; however, they were attacked by the rest of the monkeys, including the clueless monkey (that never experienced the cold water spraying)!
After switching out the original second and third monkeys, then all the monkeys that had experienced the cold water spraying had been substituted with all the new monkeys that never experienced the cold water spraying.
Anyhow, the strange thing then was there was no monkey that wanted to climb the stairs to get the bananas anymore.
Why does all the clueless new monkeys do not dare to get the bananas?
Because, as far as they knew, that was the rule that existed in that community of those monkeys.
The story above could also be analogized and relevant for human. Obtaining the hand of bananas can be likened as “SUCCESS”, the trip towards the platform stairs can be likened as the process toward “SUCCESS” with many obstacles in the form of many FAILURES! “Fear to Fail” is a traumatic effect (whether one has actually experienced FAILURE or not) or because of the community influences (parents, co-workers, etc.) that constrain us not to do anything, because any action that might be done as if it was to “Definitely Fail”!
I call “Fear to Fail” is just an “illusion”, Not fact!!!
I have an interesting game to try. You can try the following picture to school children (or even school teachers). Observe the ways of their working in this exercise in order to determine whether they are creative thinker and doer or not. In the real world: being Smart IS NOT ENOUGH, what is needed is being Smart and Creative.
If they think and work like regular people, then they would begin the game by finding the way beginning from the top left corner, then facing an obstacle, find another possible way, and so on with trial and error; perhaps after about an hour, they would find the correct pathway. In our everyday life, many SUCCESSFUL people do trial and error in solving their problems; thus, they become SUCCESSFUL because they wanted to keep continously trying WITHOUT giving up.
However, for the smart and creative people, they would begin immediately seeking the way backward from the bottom right corner, then follow which pathway has NO OBSTACLE, and that pathway would be utilized with DISCIPLINE.
A lesson learned from this game is: we MUST think from the end, then simulatively design the FASTEST ways to reach the end goal. The starting point might be the same, but someone who HAS the FASTEST way/guideline (WITHOUT or WITH MINIMUM OBSTACLES) will be SUCCESSFUL at a later time.
For example: what do you want when you’ll retire by 65 years old? Even though you may only be 25 years old now. How many people who have just graduated with the undergraduate degree, say at 25 years old, have thought about Retiring at 65 years OLD? Perhaps, it’d be only 1 to 5 people out of 100 people who think about the Important Nonurgent Things in their lives.
Best Regards for SUCCESS!