-
Bahasa Indonesia
-
English
Cara berpikir terstruktur dalam peta pikiran (mind map) seorang wirausaha (entrepreneur) success sejati belandaskan pada:
- Positive attitude.
- Pemahaman manajemen dalam tiga hal: manajemen waktu, manajemen program, dan manajemen finansial.
- IMAN = Ikhlas Menjadikan Allah Nakhoda (berjiwa malaikat).
Contoh Tukang Ledeng yang Berkarakter Positif (Positive Attitude):
Suatu hari Boss Mercedez Benz mempunyai masalah dengan kran air di rumahnya. Kran itu selalu bocor sehingga dia khawatir orang-orang dalam rumahnya akan terpeleset jatuh. Atas rekomendasi seorang temannya, Mr. Benz menelepon seorang tukang ledeng untuk memperbaiki kran miliknya. Perjanjian perbaikan ditentukan dua hari kemudian karena si tukang ledeng rupanya sedang sibuk. Si tukang ledeng sama sekali tidak tahu bahwa si penelpon adalah boss pemilik perusahaan mobil terbesar di Jerman.
Satu hari setelah ditelepon Mr.Benz, si tukang ledeng menghubungi Mr. Benz untuk menyampaikan terima kasih karena sudah bersedia menunggu satu hari lagi. Boss Mercy pun kagum atas pelayanan dan cara berbicara si tukang ledeng.
Pada hari yang telah disepakati, si tukang ledeng datang ke rumah Mr. Benz untuk memperbaiki kran yang bocor. Setelah beberapa saat, kranpun selesai diperbaiki dan si tukang ledeng pulang setelah menerima pembayaran atas jasanya.
Sekitar dua minggu kemudian, si tukang ledeng menghubungi Mr. Benz untuk menanyakan apakah kran yang diperbaiki sudah benar-benar beres atau masih ada masalah? Mr. Benz berpikir pasti orang ini orang hebat walaupun cuma tukang ledeng. Mr.Benz menjawab ditelepon bahwa kran di rumahnya sudah benar-benar beres dan mengucapkan terima kasih atas pelayanan si tukang ledeng itu.
Beberapa bulan kemudian Mr. Benz merekrut si tukang ledeng untuk bekerja di perusahaannya? Ya, namanya Christopher L. Jr. Beliau menjadi General Manager Customer Satisfaction and Public Relation di Mercedez Benz! (KISAH NYATA).
Contoh Tukang Bangunan yang Berkarakter Negatif (Negative Attitude):
Seorang tukang bangunan tua akan segera pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan.
Pemilik perusahaan lalu memohon pada tukang bangunan itu untuk membuatkan sebuah rumah terakhir untuk perusahaan sebagai buah karya terakhir si tukang bangunan menggunakan segala kemampuannya agar menghasilkan rumah berkualitas terbaik. Si tukang bangunan diberikan kebebasan untuk mendesain sendiri rumah itu, merencanakan dengan biaya yang pantas menggunakan bahan-bahan berkualitas yang menurut pendapat tukang bangunan itu adalah yang terbaik (do your best).
Tukang bangunan mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. TETAPI, sesungguhnya ia merasa terpaksa dan bersungut-sungut dalam hati. Ia ingin segera berhenti dan malas bekerja lagi. Bukankah ia hanya mengajukan diri untuk pensiun, mengapa disuruh bekerja membangun rumah terakhir? Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan lagi untuk membangun karya terakhir dari pekerjaannya. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya yang tidak berkualitas, TANPA menggunakan desain rumah yang baik. Akhirnya dengan kualitas seadanya selesailah rumah yang diminta itu. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik, tetapi rumah yang sangat mengecewakan dalam hal kualitas. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang bangunan itu. “Ini adalah rumahmu, hasil karyamu sendiri” katanya, “Hadiah dari kami untuk ditempati selama masa pensiunmu.”
Betapa terkejutnya si tukang bangunan itu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya sedang mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, maka ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali, ia akan menggunakan bahan-bahan berkualitas prima untuk menjadikan rumah yang nyaman ditempati. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang berkualitas jelek hasil karyanya sendiri.
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan disertai kualitas yang rendah. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup, kita tidak memberikan yang terbaik tetapi menjalani secara ogah-ogahan, seperti ketika menjalani masa sekolah, ketika menjalani masa bekerja, dll.
Pada akhir perjalanan memasuki masa pensiun, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan selama ini dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah “rumah (hasil karya”) yang kita ciptakan sendiri, seperti tukang bangunan berkarakter negatif (Negative Attitude) di atas. (Renungkan: Sesal Dahulu Pendapatan, Sesal Kemudian Tidak Berguna).
Sikap seorang Problem Solver.
Salam SUCCESS.
Mind Map of an Entrepreneur
Structured way of thinking in the mind map of an entrepreneur suggests the ultimate success is based on:
- Positive attitude.
- Understanding of management in three things: time management, program management, and financial management.
- IMAN/Faith = Ikhlas Menjadikan Allah Nakhoda/Sincerely Making God The Helmsman (angelic spiritedness).
An Example of a Plumber with Positive Attitude:
One day, Mercedez Benz’s Boss had a problem with the water faucet in his home. That faucet always leaked so he was worried that the people in the house would slip and fall because of it. Based on his friend’s recommendation, Mr. Benz called a plumber to fix his faucet. The appointment was made two days later since the plumber was busy at the time. The plumber was completely unaware that the caller was the largest automotive company’s boss in Germany.
One day after Mr. Benz had called, the plumber called Mr. Benz to personally thank him because Mr. Benz was willing to wait another day. That Mercy’s Boss was impressed with the service and the way the plumber talked.
On the agreed upon day, the plumber came to Mr. Benz’s house to fix the leaking faucet. After awhile, the faucet was fixed and the plumber went home after being compensated for his service.
About two weeks later, the plumber called Mr. Benz again to ask whether the faucet had been completely working fine so far or not. Mr. Benz thought that this person ought to be a great man despite only being a plumber. Mr. Benz replied that the faucet in his house had been completely fine and said thank you for that plumber’s service.
Some months later, Mr. Benz recruited the plumber to work for his company. Yes, his name is Christopher L. Jr. He became the General Manager Customer Satisfaction and Public Relation of Mercedez Benz! (TRUE STORY).
An Example of a Builder with Negative Attitude:
An old construction builder would soon be retired from his job at a real estate construction company. He submitted his request to the company’s owner.
The owner then pleaded with the builder to build a last home for the company as the builder’s last fruit of labor with all his efforts to create the best quality home. The builder was given the freedom to personally design that home and to plan with appropriate budget using quality materials; the best materials that the builder would think of (do your best).
The builder nodded approving the request of that company’s owner. HOWEVER, in reality, he felt forced and complained in his heart. He wanted to retire as soon as possible and was too lazy to work anymore. Didn’t he ask for his resignation to retire, why was he asked to build his last home? His heart wasn’t fully devoted anymore to build his last swan song of work. He aversely did that project. He only used adequate and low quality materials, WITHOUT using proper housing design. Finally with less than adequate quality, he finished that house. The result was not a proper home, but a very disappointing home quality-wise. It was unfortunate that he had to end his career with a not so amazing achievement.
When the company’s owner came to see the home that he had asked for, he gave the house key to the builder. “This is your house, your own creation,” he said, “This is our gift for you to stay during your retirement.”
How surprised that builder was. How embarassed and disappointed he was. If only he had known that he was working a house for his own home, then he would surely have done it differently; he would have used prime quality materials to make it a comfortable home. Then, he had to stay in a low quality house that he personally made.
That’s what happens in our life. Sometimes, many of us build our own lives confusingly with low qualities. We choose to sufficiently try than try our very best. Even in the more important events in life, we do not give our best, but aversely do it instead, just like when we were in school, just like when we were working, etc.
In the end of the journey, entering the retirement period, we would have been shocked to see what we have had done all this time and would find ourself living in a “house (the fruit of our labor)” that we’ve personally created ourselves; just like the construction builder with Negative Attitude) as seen above. (Ponder this: Sesal Dahulu Pendapatan, Sesal Kemudian Tidak Berguna/equivalent to: Look before you leap).
A Problem Solver’s Attitude.
Best Regards for SUCCESS.