-
Bahasa Indonesia
-
English
“HARAP TENANG, tidak apa-apa fundamental ekonomi kita KUAT, pemerintah sedang membenahi semua permasalahan MAFIA migas, Ilegal Fishing, penghematan anggaran, bla bla bla, dst”. Itu bakalan pernyataan dari Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Gubernur BI, dan pejabat pemerintah lainnya di televisi dan media massa seperti ketika awal krisis ekonomi pada tahun 1998!
Jika benar-benar pernyataan seperti di atas muncul secara bersamaan dari pejabat pemerintah Indonesia di televisi dan media massa, maka itu adalah “tanda-tanda” bahwa Indonesia akan memasuki “KRISIS EKONOMI” seperti pada keadaan tahun 1998!
Pelaku bisnis dan mereka yang CERDAS FINANSIAL/EKONOMI MAKRO telah memprediksi bahwa memang Rupiah akan TERUS-MENERUS MELEMAH jika akar permasalahan DEFISIT transaksi berjalan (current account) terus-menerus meningkat, HUTANG Luar Negeri dalam bentuk USD terus-menerus meningkat, dan pembayaran CICILAN POKOK + Bunga Hutang terus-menerus meningkat. Pada saat yang sama ada kebijakan dari Pemerintah USA untuk menaikkan suku bunga USD di Amerika Serikat ditambah keadaan ekonomi Amerika semakin membaik SEHINGGA dollar Amerika (USD) yang “berkeliaran” di pasar-pasar dunia akan “pulang kampung” ke Amerika Serikat.
Tanda-tanda KRISIS Ekonomi: Diawali dari Rupiah melemah terus-menerus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun secara SIGNIFIKAN, suku bunga bank (tabungan maupun pinjaman atau kredit) meningkat, harga-harga meningkat, dan seterusnya yang ditandai dengan “KEPANIKAN”!
Bagi pelaku bisnis dan mereka yang CERDAS FINANSIAL/EKONOMI MAKRO, maka merupakan OPPORTUNITY untuk berinvestasi di pasar modal dengan cara membeli saham-saham “blue chips” karena telah berharga MURAH, simpan saja sampai menunggu HARGA NAIK Minimum 100-200% setelah perekonomian makro Indonesia kembali membaik!
http://keuangan.kontan.co.id/news/cadangan-devisa-di-november-2014-turun
Yang dimaksud dengan pernyataan: Pengendalian Moneter oleh pihak Bank Indonesia di dalam artikel yang dipublikasikan oleh Kontan Online (Media Bisnis & Ekonomi) adalah Intervensi BI di pasar uang untuk membeli VALAS (terutama USD) agar Rupiah JANGAN terus-menerus melemah!
Terbukti KURS USD-IDR selama November 2014 “seolah-olah” STABIL di angka USD 1 = Rp. 12.100 meskipun telah dikeluarkan uang yang CUKUP BANYAK sehingga mengakibatkan cadangan devisa berkurang sekitar USD 900 juta.
Tetapi mengapa memasuki bulan Desember 2014 Rupiah terus-menerus MELEMAH?. Ini tanda-tanda bahwa Intervensi BI untuk Pengendalian Moneter (Beli USD di pasar uang) semakin TIDAK EFEKTIF!
Apakah BI “berani” terus-menerus menguras cadangan devisa yang ada HANYA sekedar untuk keperluan pengendalian MONETER (beli USD di pasar uang)?
Sekedar diketahui bahwa cadangan devisa yang USD 111,1 Milyar itu HANYA CUKUP untuk membayar CICILAN Utang Jangka Pendek selama 2 kali (dua bulan) saja!
Seperti saya kemukakan sebelumnya bahwa menaikkan harga BBM adalah TINDAKAN DARURAT! Akar permasalahan adalah HARUS SEGERA memperbaiki atau menutup DEFISIT Transaksi Berjalan (Impor lebih besar dari Ekspor) yang terus-menerus MENINGKAT! Memang menaikkan harga BBM akan mengurangi SUBSIDI yang secara DARURAT bisa menyelamatkan perekonomian makro. Tetapi HARUS Fokus pada akar permasalahan pada DEFISIT Transaksi Berjalan (Impor meningkat TETAPI ekspor stagnan atau menurun) yang meningkat terus-menerus itu. Saya BELUM melihat kebijakan STRATEGIS (jangka pendek, menengah, maupun panjang) yang diberitahukan kepada publik dari pemerintahan Jokowi-JK untuk menutupi SEGERA Defisit Transaksi Berjalan yang menjadi akar permasalahan dari semua masalah ekonomi dan keuangan Indonesia.
Tapi, saya TETAP OPTIMIS akan ada perbaikan di masa pemerintahan JOKOWI-JK ASALKAN ia mampu menggunakan orang-orang ahli yang “BERSIH dan Memiliki Hati Nurani” untuk memajukan Indonesia. Kita HARUS memberikan kesempatan MINIMUM 1 (satu) tahun untuk melakukan pembenahan terhadap perekonomian makro Indonesia yang TELAH MEMBURUK sejak 2012 itu. Memang sayang mantan Presiden SBY “membiarkan” perekonomian makro Indonesia memburuk sejak 2012 sampai Oktober 2014.
Dan justru di tahun 2015 itu semua tumpukan masalah yang telah dimulai sejak tahun 2012 itu akan meledak! Dalam situasi DARURAT, pemerintah HARUS menjaga agar kebutuhan bahan-bahan POKOK tetap tersedia (apapaun harus dilakukan) untuk menjaga “KETIDAK-PANIKAN” sehingga berbagai upaya STRATEGIS yang berfokus pada akar permasalahan ekonomi makro Indonesia bisa berjalan EFEKTIF. Karena dalam situasi “KEPANIKAN” seperti kelangkaan bahan-bahan pokok maka keadaan 1998 benar-benar akan terjadi. Memang susah menjadi “wong cilik” pada negara yang dikelola oleh pemerintahan yang TIDAK MEMILIKI sistem jaminan sosial yang baik seperti di negara-negara maju. Di Indonesia ini yang terjadi: “Orang-orang Kaya Semakin Kaya, sedangkan Orang-orang Miskin Semakin Miskin” KARENA kebijakan pemerintah yang SALAH KELOLA!
Kalau di Indonesia memang “sengaja” dibuat memburuk untuk kepentingan segelintir orang agar ada kesempatan KORUPSI.
Lihat saja tentang masalah Anggaran SUBSIDI BBM yang dibuat SEMAKIN meningkat TERUS-MENERUS sepanjang tahun sejak era pemerintahan SBY-Boediono! Mengapa demikian, ini skenarionya!
Harga premium dengan RON 90/92 PERLU diolah ulang (dengan tambahan biaya) agar memenuhi KRITERIA Premium SUBSIDI dengan spesifikasi RON 88 itu. Aneh kan, barang berkualitas baik (RON 90/92) diturunkan kualitasnya (agar menjadi RON 88) sehingga Anggaran SUBSIDI BBM yang sedemikian besarnya itu bisa dipergunakan. Ini hasil temuan Tim Reformasi Perdagangan Migas yang diketuai oleh Faisal Basri itu.
Mengapa demikian? Karena KORUPSI pada anggaran SUBSIDI BBM dengan RON 88 itu (berapapun besarnya) TIDAK AKAN dipermasalahkan oleh KPK dengan alasan KEBIJAKAN TIDAK BISA dikriminalkan!
Jadi FOKUS utama BUKAN pada Efisiensi dan Produktivitas untuk setiap KEGIATAN EKONOMI, TETAPI pada berapa besar dana yang BISA dikorupsi TANPA terkena peraturan hukum bahwa hal itu merupakan tindakan KORUPSI. Fenomena ini telah merasuk ke semua lembaga pemerintah dari pusat sampai ke kota provinsi, kota kabupaten, kota kecamatan dan desa-desa di Indonesia.
Itu makanya pemerintah SELALU berdalih agar setiap KEBIJAKAN (Termasuk Kebijakan Yang “SENGAJA DIBUAT” SALAH) TIDAK BOLEH diusut atau dikriminalkan!
Ini contoh berita tentang beras BUSUK di gudang BULOG Papua, baru dari satu provinsi di Indonesia. Bagaimana kalau di seluruh Indonesia? Hitung saja berapa ratus ribu ton yang BUSUK?
http://www.papuapos.com/index.php/utama/item/4692-bulog-papua-tidak-tahu28-ribu-ton-beras-busuk
Dan mengapa beras dibuat BUSUK dan dibuang percuma saja? Karena beras busuk yang dibuang akan ada pertanggung-jawaban (termasuk misalnya hanya dibuang x ton akan dilaporkan 10x atau lebih ton beras yang rusak dan dibuang). Semua ini ada pertanggung-jawaban SEHINGGA tidak bisa diusut oleh KPK dan lembaga-lembaga penegak hukum lainnya. Demikian pula kebijakan IMPOR (dibuat secara SENGAJA agar Indonesia TIDAK BISA TIDAK HARUS IMPOR) yang penuh KORUPSI itu.
Itu makanya yang dibutuhkan Indonesia adalah orang-orang “JUJUR dan Memiliki Hati Nurani” yang TAKUT kepada Tuhan, BUKAN Takut kepada KPK dan lembaga-lembaga penegakan hukum lainnya di Indonesia.
Baca saja artikel berikut!
http://katadata.co.id/berita/2014/12/03/harga-premium-mahal-karena-pertamina-tak-efisien
Ketika nanti terjadi “PANIC SELLING” di mana IHSG anjlok maka kita masuk untuk membeli saham-saham blue chips yang UNGGUL seperti: BRI, Mandiri, BNI, BCA. Saham properti yang layak dibeli ketika IHSG telah jatuh adalah: Alam Sutera, Sumarecon. Kemudian biarkan saja saham-saham itu disimpan (mungkin 1 – 2 tahun) baru ketika perekonomian makro Indonesia telah membaik sebagai dampak dari pembenahan ekonomi oleh Jokowi-JK, maka kita menjual lagi pada harga yang telah naik itu. Ini akan lebih BAGUS dan menguntungkan daripada simpan EMAS, beli TANAH, dll.
Dan biasanya dalam ekonomi apabila suatu perekonomian melemah terus-menerus PASTI ada titik paling bawah, kemudian akan rebound atau menaik/membaik KARENA telah ada perbaikan yang SIGNIFIKAN. Itu hal yang biasa dalam sistem yang pemerintahannya bersikap REAKTIF. Jika pemerintah Indonesia bersikap PROAKTIF dan ANTISIPATIF maka sejak 2012 telah HARUS ada perbaikan yang SIGNIFIKAN. Jadi untuk Indonesia akan ada perbaikan SIGNIFIKAN pada 2015-2016, sehingga perekonomian makro akan mulai membaik pada tahun 2017 dstnya.
Salam SUCCESS.
Early “Signs” Leading to Indonesia’s Economic Crisis
“PLEASE CALM DOWN, it’s nothing, our economic fundamental is STRONG, government is working on all problems like oil MAFIA, Illegal Fishing, austerity budget, bla bla bla, and so on”. That would be the statements made by the Coodinating Minister for Economu, Minister of Finance, Bank of Indonesia Governor, and other government officials on televisions and mass media just like the beginning of economic crisis in 1998!
If those statements like above actually show up coincidently from government officials on televisions and mass media, then that would be the “signs” that Indonesia is entering “ECONOMIC CRISIS” like the same event in 1998!
Business people and those who are FINANCIALLY/MACROECONOMICALLY SAVVY have indeed predicted that Rupiah would CONTINUOUSLY WEAKEN if the roots of current account DEFICIT problem continues to increase, Foreign DEBT in USD continues to increase, and the PRINCIPAL + Debt Interest payments continues to increase. At the same time, there is a policy from US Government to increase USD interest rate in USA, plus the American economic condition that is getting better SO THAT USD that is freely roaming in world markets would “come back home” to USA.
Signs of Economic CRISIS: Begin from continuous weakening of Rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan/Composite Stock Price Index (IHSG) falls SIGNIFICANTLY, bank interest rates (savings, lending, or credit) increase, prices increase, and so on that are characterized by “PANIC”!
For business people and those who are FINANCIALLY/MACROECONOMICALLY SAVVY, the time would be the OPPORTUNITY to invest in the stock market by buying “blue chips” stocks that would have FALLEN; after buying them, just keep them while waiting for the PRICES to INCREASE Minimum 100-200% by the time Indonesia’s macroeconomy would have rebounded!
http://keuangan.kontan.co.id/news/cadangan-devisa-di-november-2014-turun
What is meant with the statement: Pengendalian Moneter oleh pihak Bank Indonesia/Monetary Control by the Bank of Indonesia in that article published by Kontan Online (Business & Economy Media) is Bank of Indonesia’s Intervention in the money market to buy CURRENCY (especially USD) in order for Rupiah NOT to continuously weakens!
It was proven that the Currency Rate USD-IDR during November 2014 “seemed” STABLE in USD 1 = Rp 12,100 although QUITE a LOT of money ought to be spent, resulting in the reduction of foreign exchange reserves by about USD 900 millions.
But, why, entering December 2014, does Rupiah keep FALLING OFF? These are signs that BI Intervention for Monetary Control (Buying USD in the money market)!
Would BI “dare” to continuously drain the existing foreign exchange reserves ONLY for MONETARY control needs (buying USD in the money market)?
Just a note that the foreign exchange reserves of USD 111.1 Billions ARE ONLY ENOUGH to pay for Short-term Debt’s INTEREST just twice (for two months)!
As I pointed before that increasing fuel oil price is an EMERGENCY ACTION! The roots of the problem is to IMMEDIATELY fix or close Current Account DEFICIT (Imports are greater than Exports) that keeps INCREASING! It is true that increasing fuel oil price would reduce SUBSIDY, which EMERGENTLY can save the macroeconomy. But, the FOCUS NEEDS to be on the roots of the problem of that ever increasing Current Account DEFICIT (Imports keep increasing, BUT exports are stagnant or decreasing). I HAVE NOT seen yet the STRATEGIC policy (of short-term, medium-term, or long-term) that is shared to public from the government of Jokowi-JK to IMMEDIATELY close the Current Account Deficit that becomes the roots of all Indonesia’s economic and monetary problems.
But, I’m still optimistic that there’ll be improvement during Jokowi-JK government IF they can use “CLEAN and Conscientious” experts to advance Indonesia. We MUST give them a chance MINIMUM 1 (one) year to reform Indonesia’s macroeconomy that HAS WORSENED since 2012. It is unfortunate that former President SBY “let” Indonesia’s macroeconomy to worsen since 2012 until October 2014.
And exactly in 2015 all the piles of problems that have begun since 2012 will explode! In an EMERGENCY situation, government MUST maintain the BASIC needs in order to make them stay available (by any means necessary)and to maintain “CALM” so that various STRATEGIC efforts, that focus on Indonesia’s macroneconomic roots of problems, can proceed EFFECTIVELY. Because in a “PANICKED” situation like having the scarcity of basic needs, then the condition of 1998 would actually happen. It is indeed difficult to be “wong cilik“/the poor in a nation managed by government that DOESN’T HAVE good social security like the developed nations. In Indonesia, what happens is: “The Rich are Getting Richer and the Poor are Getting Poorer” DUE TO MISMANAGED government policy!
If in Indonesia, the situation is “deliberately” made worse for the interests of few people to open up a chance to do CORRUPTION.
Just look at the fuel oil SUBSIDY Budget that had been made to CONTINUOUSLY increase over the years since the era of SBY-Boediono government! Why is that? This is the scenario!
The premium fuel price with RON 90/92 MUST be reprocessed (with additional costs) in order to fulfill the CRITERION of Premium SUBSIDY with the RON 88 specification. Weird, isn’t it? High quality product (RON 90/92) is downgraded (into RON 88) in order for such a large amount of fuel oil SUBSIDY Budget can be usable. This is the finding of the Oil and Gas Trade Reform Team headed by Faisal Basri.
Why is that? Because CORRUPTION on that fuel oil SUBSIDY Budget with that RON 88 (Karena KORUPSI pada anggaran SUBSIDI BBM dengan RON 88 itu (no matter how much it is) WON’T BE made an issue by KPK based on the reason that POLICY CAN’T be criminalized!
Thus, the main FOCUS IS NOT on Efficiency and Productivity on each ECONOMIC ACTIVITY, BUT how much fund that CAN potentially be corrupted WITHOUT being exposed to laws that state such activity is considered as an act of CORRUPTION. This phenomena have penetrated all government institutions from the central government to those governments in the provincial, district, sub-district and village levels in Indonesia.
For that reason, government ALWAYS quibbles so that every POLICY (Including Policy that is “DELIBERATELY MADE” FALSE) CAN’T be investigated or criminalized!
This is an example of news about ROTTEN rice inside Papua’s BULOG (Bureau of Logistics) warehouse, in just one of the provinces in Indonesia. How about in all the provinces across Indonesia? How many hundred thousands tons of ROTTEN rice would potentially there be?
http://www.papuapos.com/index.php/utama/item/4692-bulog-papua-tidak-tahu28-ribu-ton-beras-busuk
And why was rice made ROTTEN and thrown away unnecessarily? Because the wasted rotten rice would have its own accountability (including for example, there were only x tons of rice actually ruined and thrown away; but what would be reported would be 10 times or more tons of rice ruined and thrown away). All of these have their own accountabilities SO THAT they can’t be investigated by KPK or other law enforcement institutions. The same goes with that fully corrupt IMPORT policy (DELIBERATELY made so Indonesia CAN’T NOT TO IMPORT).
That’s why what’s needed by Indonesia is “HONEST and Conscientious” people who FEAR God, NOT Fear KPK or other other law enforcement institutions in Indonesia.
Just read the following article!
http://katadata.co.id/berita/2014/12/03/harga-premium-mahal-karena-pertamina-tak-efisien
When there would be “PANIC SELLING” where IHSG drops, then we would go in to buy EXCELLENT blue chips stocks such as: BRI, Mandiri, BNI, BCA. Property stocks that would be worth buying are: Alam Sutera, Sumarecon. Then, just let those stocks to kept (perhaps 1 – 2 yers) until the time that Indonesia’s macroeconomic condition would have improved due to future economic reform by Jokowi-JK, in which we would resell those stocks at higher and increased prices. This would be BETTER and more profitable than keeping GOLD, buying land, etc.
And usually in economy if one economy continuously weakens, there would DEFINITELY the lowest point, and it would rebound or increase/improve BECAUSE there has been SIGNIFICANT correction. That is common in the system where the nation’s government is REACTIVE. If Indonesian government had been PROACTIVE and ANTICIPATIVE since 2012, then there should have been a SIGNIFICANT improvement. Thus, for Indonesia currently, there would be SIGNIFICANT improvement in 2015-2016, so that its macroeconomic would start to get better by 2017 and so on.
Best Regards for SUCCESS.