-
Bahasa Indonesia
-
English
Sumber daya yang paling berharga dan secara adil diberikan oleh Tuhan (Allah) yang maha kuasa adalah waktu. Tidak ada manusia yang kaya atau miskin waktu, setiap orang diberikan waktu yang sama: 60 menit/jam, 24 jam/hari, 30 hari/bulan, 365 hari/tahun. Namun mengapa dalam perjalanan waktu terjadi ketimpangan dalam pendapatan sehingga menimbulkan perbedaan antara kaya dan miskin dalam hal finansial? Salah satu alasan adalah perbedaan dalam profesi ketika bekerja memanfaatkan waktu yang sama itu.
Saya BUKAN ahli Alkitab, oleh karena itu saya ingin berdiskusi dan bertanya kepada para rohaniwan (pendeta/pastor/romo) yang bersedia memberikan masukan atau bertukar pikiran, tentang apakah pilihan profesi manusia dalam bekerja ini bisa diasosiasikan atau dikaitkan dengan perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16)?
Interpretasi saya terhadap perikop dalam Matius 20:1-16 dengan konsep analogi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
Ketika kita lulus sekolah (katakanlah sarjana = S1), maka kita mulai melamar pekerjaan sebagai seorang karyawan (PNS atau pegawai swasta). Tentu saja sebagai orang beragama yang percaya kepada Tuhan (Allah) kita berdoa memohon agar Tuhan mengabulkan doa kita. Karena Tuhan (Allah) Maha Pemurah dan Maha Baik, maka DOA (Depend On Allah) kita dikabulkan. Konsekuensi upah yang diterima adalah sesuai dengan kesepakatan kontrak dalam nilai tertentu (bisa bervariasi dari institusi yang satu dengan institusi yang lain).
Dalam perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16) disebutkan bahwa semua pekerja diberikan upah yang sama (rejeki yang sama?), mulai dari mereka yang bekerja sejak pagi-pagi benar mungkin jam 5 pagi, mulai jam 9 pagi, mulai jam 12 siang, mulai pukul 3 petang, dan mulai pukul 5 petang.
Pertanyaan saya apakah orang yang bekerja hanya mulai jam 5 petang telah memperoleh PILIH KASIH dari pemilik kebun anggur (dalam hal ini Tuhan Allah)? Jika demikian berarti Tuhan (Allah) TIDAK ADIL kepada semua manusia.
Bagaimanapun saya ingin berpendapat (mungkin salah) bahwa Tuhan Allah TELAH ADIL dalam memberikan waktu (24 jam sehari sama banyak kepada semua manusia), juga memberikan kesempatan untuk bekerja mencari rejeki di “kebun anggur kehidupan untuk memperoleh imbalan”, namun pilihan bekerja/profesi yang berbeda yang menyebabkan penggunaan waktu mereka yang berbeda sehingga dalam dunia nyata memberikan konsekuensi imbalan mereka yang juga berbeda.
Namun lagi-lagi ada hal yang mengusik pikiran saya, mengapa orang yang sejak awal telah sadar bahwa menjadi karyawan kepada orang lain atau karyawan mandiri (Employee/Self Employee) TIDAK AKAN PERNAH BEBAS FINANSIAL, masih bersungut-sungut?, Mengapa mereka TIDAK bekerja secara ikhlas dan bersemangat saja sesuai KOMITMEN dan KESEPAKATAN AWAL?. Karena dengan BERSUNGUT-SUNGUT, apalagi karena KETIDAKPUASAN MEMPEROLEH IMBALAN, bukankah kita akan disebut TIDAK PROFESIONAL?
Dalam kehidupan sehari-hari ternyata banyak orang yang selalu TIDAK PUAS dengan imbalan yang diterima. Padahal bukankah kita telah mengetahui konsekuensi profesi dalam hal INPUT: penggunaan waktu dan OUTPUT: Penghasilan (Rp) ketika kita memutuskan bekerja pada masing-masing profesi (hak dan kebebasan memilih profesi dalam kehidupan), sesuai Tabel yang dikemukakan di atas?
Apakah logika di atas salah atau bisa dibenarkan? Mohon pencerahan.
http://www.sarapanpagi.org/13-perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur-vt1409.html
Saya akan melengkapi bahasan tentang perumpamaan di atas dalam beberapa serial dari perspektif berbeda sebagai seorang Ahli Teknik Sistem dan Manajemen (bukan ahli Teologi/Filsafat) agar dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (berdasarkan pengalaman praktek pribadi yang juga masih ada kesalahan) menuju Kebebasan Finansial (Financial Freedom) sesuai yang diinginkan Tuhan (Allah).
Serial Cerdas Finansial (1): Bukan Ukuran Penghasilan TETAPI PRODUKTIVITAS KERJA.
Sebagai pembukaan maka saya mengutip beberapa firman Tuhan yang sesungguhnya menunjukkan bahwa Tuhan menginginkan agar manusia itu bebas finansial, menjadi kaya ASALKAN TETAP ber-IMAN (Ikhlas Menjadikan Allah Nakhoda) kepada Tuhan (Allah). Banyak nabi-nabi seperti Abraham/Ibrahim, Salomo/Sulaiman, Ayub, Muhammad, dll adalah contoh orang-orang kaya yang ber-IMAN 100% kepada Tuhan (Allah). Di Sorga ada orang miskin (diwakili oleh Lazarus) dan juga ada orang kaya (diwakili oleh Nabi Abraham/Ibrahim), jadi semua orang apakah kaya atau miskin berhak masuk Sorga sepanjang perbuatannya di dunia mengikuti perintah Tuhan (Allah) serta ber-IMAN 100% kepada Tuhan (Allah).
Beberapa firman Tuhan yang berkaitan dengan masalah uang (kekayaan) dan tindakan nyata yang HARUS dilakukan, adalah:
- Ulangan 8:18-20 dan Ulangan 28:2-14
“Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini”.
Ulangan 8:18-20 - Amsal 3:9-10, Amsal 11:24-25 dan Amsal 19:15-17
- Yesaya 55:1-3 dan Yesaya 58:10-11
- Matius 6:31-34
- Filipi 4:18-20
- 2 Korintus 8:9
Kembali kepada perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur yang menjadi langkah awal bertransformasi dari Buta Finansial menjadi Cerdas Finansial. Jika kita menggunakan ukuran produktivitas kerja (produktivitas = output penghasilan / waktu kerja), maka akan tampak sebagai berikut:
- A bekerja dari jam 06:00 – 18:00 (12 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas A = 1/12 = 0,083 Dinar per jam.
- B bekerja dari jam 09:00 – 18:00 (9 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas B = 1/9 = 0,111 Dinar per jam.
- C bekerja dari jam 12:00 – 18:00 (6 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas C = 1/6 = 0,167 Dinar per jam.
- D bekerja dari jam 15:00 – 18:00 (3 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas D = 1/3 = 0,333 Dinar per jam.
- E bekerja dari jam 17:00 – 18:00 (1 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas E = 1/1 = 1 Dinar per jam.
Tampak bahwa meskipun A, B, C, D, dan E sama-sama memperoleh penghasilan 1 Dinar, tetapi produktivitas A < B < C < D < E.
Setelah mengetahui bahwa produktivitas kita rendah, maka TINDAKAN NYATA adalah meningkatkan produktivitas per jam kerja, BUKAN BERSUNGUT-SUNGUT KEPADA TUHAN (ALLAH) atau menjadi iri hati kepada orang-orang berproduktivitas tinggi.
Strategi yang bisa dilakukan oleh A, B, C, D, maupun E adalah meningkatkan produktivitas dengan cara meningkatkan penghasilan.
Jika A dan B ingin mempertahankan profesi sebagai Employee (E) karena alasan keamanan/safety, maka A dan B bisa mencari pendapatan PASIF yang tidak memerlukan waktu banyak untuk terlibat dalam aktivitas tertentu.
Setelah kita memahami definisi produktivitas, maka produktivitas telah dapat dirumuskan kembali menjadi:
Produktivitas = (Penghasilan / Jam Kerja) = (Pendapatan AKTIF + Pendapatan PASIF) / Jam Kerja;
di mana Pendapatan AKTIF adalah upah/imbalan/gaji, sedangkan Pendapatan PASIF bisa bersumber dari investasi ASET Produktif dan/atau kepemilikan bisnis/saham, dll. Dengan demikian seseorang bisa berprofesi lebih dari satu, misalnya: Employee (E) dan Investor, Self Employee + Kepemilikan Saham, Investor dan Kepemilikan Bisnis/Saham, dan lain-lain.
Tabel berikut merupakan orang Cerdas Finansial yang mulai meningkatkan Produktivitas Kerja sejak usia muda ketika baru Lulus Sarjana (S1) sekitar usia 25 tahun. Semakin terlambat seseorang meningkatkan PRODUKTIVITAS KERJA (TERLAMBAT DARI USIA 25 TAHUN), SEMAKIN SULIT UNTUK MENCAPAI KEBEBASAN FINANSIAL.
Ketika saya pribadi pada tahun 1996 mengetahui bahwa Produktivitas Kerja saya sebagai seorang manajer profesional rendah (ketika 1996; kurs USD 1 = Rp. 2000, Gaji Manajer Rp. 10,000,000/bulan—setara dengan USD 5000/bulan; sedangkan saya membutuhkan 200 jam kerja dari: rumah-kantor-rumah per bulan), sehingga produktivitas kerja = Rp. 10 juta / 200 jam = Rp. 50 ribu per jam.
Ketika itu saya mencari informasi apakah ada pekerjaan lain (selain sebagai manajer profesional) yang bisa memberikan hasil 10 kali lipat yaitu: Rp. 500 ribu / jam?. Ternyata ada yaitu berprofesi sebagai: Konsultan Desain dan Implementasi Sistem Manajemen Industri, maka saya langsung mengajukan permohonan “MEMAJUKAN DIRI”-KATA POSITIF (BUKAN “MENGUNDURKAN DIRI”: KATA NEGATIF) sebagai Konsultan yang memiliki PRODUKTIVITAS KERJA lebih tinggi daripada Profesi Manajer Profesional ketika itu. Berarti saya berpindah Kuadran dari Employee (E) menjadi Self Employee (S), meskipun pada akhirnya baru saya mengetahui bahwa menjadi Employee (E) dan/atau Self Employee (S) BUKAN pilihan TEPAT untuk meningkatkan PRODUKTIVITAS KERJA. Bersambung…
Serial Cerdas Finansial (2): Memahami Hakekat Berinvestasi
Terlampir adalah tulisan menarik dari Direktur Utama PT Jamsostek (Elvin G. Masassya) sebagai pengantar memahami investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui pelipatgandaan Pendapatan PASIF.
Salam SUCCESS Cerdas Finansial.
Time is Money
The most valuable and the fairest resource given by Almighty God (Allah) is time. No such thing only for the rich or the poor in time; everybody is given the same amount of time: 60minutes/hour, 24hours/day, 30days/month, and 365days/year. But, how come in the journey time there is an income imbalance, which causes financial difference between the rich and the poor? One reason is the difference in profession when working with that same amount of time.
I AM NOT a Bible expert. For that reason, I want to discuss and ask the ecclesiastics (priests/pastors/fathers) who are willing to give inputs or exchange ideas about whether this human’s choice of profession in working can be associated with or related to the parable of the workers in the vineyard (Matthew 20:1-16)?
My periscopic interpretation towards Matius 20:1-16 analogous to everyday life is as follows:
When we graduate from the university (say with undergraduate degree), then we start to apply for job as an employee (government or private employee). Of course as religious persons who believe in God (Allah), we pray and ask God to grant our prayer, Because God (Allah) is All Merciful and All Good, then our DOA/Prayer (Depend On Allah) will be granted. Consequently, the wages received are in accordance with the contractual agreement in certain amount (can be varied from one institution to another).
In the parable about the workers in the vineyard(Matthew 20:1-16), it is mentioned that all workers are given the same amount of wage (same fortune?), starting from those who start working since very early morning (perhaps 5am), since 9am, since 12pm, since 3pm, and since 5pm.
My question is whether those who start working only since 5pm have received favorable treatment from the vineyard’s owner (in this case God)? If so, this means God (Allah) is UNFAIR to all people.
Anyhow, I want to opine (perhaps I am wrong) that God HAS BEEN FAIR in giving the amount of time (24 hours a day to all humans), as well as giving opportunities to work finding fortune in the “life’s vineyard to receive compensation”; however, the choice of different professions leads to different usages of time so that in the real world, it also consequently leads to different financial compensations.
Yet again, there is something that trouble my mind, why do people, who since beginning have been aware that becoming an employee to someone else or a self-employee WILL NOT EVER REACH FINANCIAL FREEDOM, keep grumbling? Why DON’T they just sincerely and enthusiastically work in accordance to the INITIAL (contractual) COMMITMENT and AGREEMENT? Because by GRUMBLING, and due to DISSATISFIED COMPENSATION, don’t that make us UNPROFESSIONAL?
In everyday life, there are actually many people who are always DISSATISFIED with their received compensation. Haven’t we known already about our profession’s consequence in term of INPUT: time utilization and OUTPUT: Income (Rp) when we’ve decided to work on each profession (right and freedom to choose life’s profession), according to the attached Table above?
Is the logic above wrong or can it be corrected? Please enlighten me.
http://www.sarapanpagi.org/13-perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur-vt1409.html
I will complement the discussion about the above parable in several series from different perspectives as an expert in Technical Systems and Management (not in Theology/Philosophy) so that they can be practiced in everyday life (based on my personal experience that still has some errors) toward Financial Freedom as desired by God (Allah).
Financially Savvy Serial (1): Not About The Income Size, BUT WORK PRODUCTIVITY.
As the opening, I quote some God’s words that really show that God wants people to be financially free, become rich AS LONG AS they REMAIN ber-IMAN/Faithful (IkhlasMenjadikan Allah Nakhoda/Sincere Making God The Helmsman) to God (Allah). Many prophets like Abraham/Ibrahim, Solomon/Sulaiman, Job, Muhammad, etc. are examples of rich people who are 100% ber-IMAN/Faithful to God (Allah). In heaven, there are the poor (represented by Lazarus) and the poor (represented by Prophet Abraham/Ibrahim); therefore everybody, whether the rich or the poor, deserves to enter Heaven as long as his/her action in the world follows God’s (Allah’s) commandment as well as is 100% ber-IMAN/Faithful to God (Allah).
Some words of God that are related to the financial problem and the real action that MUST be done, are:
- Deuteronomy 8:18-20 and Deuteronomy 28:2-14
“But remember the Lord your God, for it is he who gives you the ability to produce wealth, and so confirms his covenant, which he swore to your ancestors, as it is today”.
Deuteronomy 8:18 - Proverbs 3:9-10, Proverbs 11:24-25 and Proverbs 19:15-17
- Isaiah 55:1-3 and Isaiah 58:10-11
- Matthew 6:31-34
- Philippians 4:18-20
- 2 Corinthians 8:9
Back to the parable of the workers in the vineyards that becomes the first step to transform from Financially Blind into Financially Savvy. If we use work productivity measurement (productivity = income output / working time), then it will look like as follows:
- A works from 06:00 – 18:00 (12 hours working) obtaining 1 Dinar, which means productivity of A = 1/12 = 0,083 Dinar per hour.
- B works from 09:00 – 18:00 (9 hours working) obtaining 1 Dinar, which means productivity of B = 1/9 = 0,111 Dinar per hour.
- C works from 12:00 – 18:00 (6 hours working) obtaining 1 Dinar, which means productivity of C = 1/6 = 0,167 Dinar per hour.
- D works from 15:00 – 18:00 (3 hours working) obtaining 1 Dinar, which means productivity of D = 1/3 = 0,333 Dinar per hour.
- E works from 17:00 – 18:00 (1 hour working) obtaining 1 Dinar, which means productivity of E = 1/1 = 1 Dinar per hour.
It appears that although A, B, C, D, and E all receive 1 Dinar, but productivity of A < B < C < D < E.
After finding out that our productivity is low, then the REAL ACTION is to increase the per hour working productivity, NOT TO GRUMBLE TO GOD (ALLAH) or become envious to people with high productivity.
One strategy that can be done by A, B, C, D, or E is to increase productivity by increasing the income output.
If A and B want to keep their profession as an Employee (E) because of its safety/stability, then A and B can seek PASSIVE income source that doesn’t need much time involvement in that particular activity.
After grasping the definition of productivity, then productivity can be formularized into:
Productivity = (Income / Working Time) = (ACTIVE Income + PASSIVE Income) / Working Time;
where ACTIVE Income is the wage/compensation/salary, and PASSIVE Income can come from Productive ASSETS investment and/or owning businesses/stocks, etc. Therefore, someone can have more than one profession, for example: Employee (E) and Investor, Self Employee + Stock Holder, Investor and Business/Stock Owner, etc.
The following table is a Financially Savvy person who begins to increase his/her Work Productivity since the young age following graduating with undergraduate degree around 25 years of age. The later someone increasing his/her WORK PRODUCTIVITY (later than 25 years old), THE HARDER IT IS TO ACHIEVE FINANCIAL FREEDOM.
When I personally, in 1996, found out that my Work Productivity as a professional manager was low (back in 1996; the rate USD 1 = Rp 2,000, Manager’s Salary Rp 10,000,000/month-equivalent to USD 5,000/month; whereas I spent 200 hours of working time from: home-office-home per month), thus, my work productivity = Rp 10 millions / 200 hours = Rp 50,000 per hour.
Back then, I was searching for information if there was another job (besides being a professional manager) that could generate 10 times as much: Rp 500,000 / hour? Actually there was, which was: Consultant of Design and Implementation of Management Systems Industry. Accordingly, I immediately applied for “STEPPING UP”-Positive Words (NOT “STEPPING DOWN”-Negative Words) as a Consultant that would have higher WORK PRODUCTIVITY compared to Professional Manager at that time. This means I moved Quadrant from Employee (E) to Self Employee (S), although I eventually found out that being an Employee (E) and/or Self Employee (S) IS NOT the RIGHT choice to increase WORK PRODUCTIVITY. To Be Continued…
Financially Savvy Serial (2): Understanding the Nature of Investing
Attached is an interesting article from President Director of PT Jamsostek (Elvin G. Masassya) as an introduction to understand investment in order to increase work productivity through multiplying PASSIVE Income.
Best Regards for SUCCESS and Financially Savvy.