-
Bahasa Indonesia
-
English
Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt & Certified Management System Lead Specialist
- APICS (www.apics.org) Certified Fellow in Production and Inventory Management (CFPIM) and Certified Supply Chain Professional (CSCP);
- International Quality Federation (www.iqf.org) Six Sigma Master Black Belt (SSMBB);
- ASQ (www.asq.org) Certified Manager of Quality/Organizational Excellence (CMQ/OE), Certified Quality Engineer (CQE), Certified Quality Auditor (CQA), Certified Six Sigma Black Belt (CSSBB), Certified Quality Improvement Associate (CQIA);
- Registration Accreditation Board (www.exemplarglobal.org) Certified Management System Lead Specialist (CMSLS).
- Senior Member of American Society for Quality (Member #: 00749775), International Member of American Production and Inventory Control Society (Member #: 1023620), and Senior Member of Institute of Industrial and Systems Engineers (Member #: 880194630).
- Insinyur Profesional Utama (IPU) – Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Telah banyak orang SUCCESS yang berhasil mencapai prestasi puncak TANPA fasilitas dapat dibaca dan diketahui umum. TETAPI organisasi yang memiliki karyawan sampai 5000 (lima ribu) orang yang berpendidikan HANYA kelas 8 (setingkat SLTP kelas 2) dan TIDAK MEMILIKI serta menggunakan fasilitas namun SUCCESS mencapai prestasi kelas dunia hanya Dabbawalas di Mumbai, India. Berikut ini pembelajaran penting mengapa Dabbawalas mencapai SUCCESS kelas dunia?
Latar Belakang Dabbawalas
Dabbawala adalah seseorang di Mumbai, India yang merupakan bagian dari sistem pengiriman yang mengumpulkan makanan panas dalam rantang makan siang dari tempat tinggal pekerja sekitar jam 10:30 pagi, mengantarkan rantang berisi makan siang ke tempat kerja, terutama menggunakan sepeda, bus dan kereta api, dan mengembalikan rantang kosong ke kediaman atau tempat tinggal pekerja itu.
Dabbawalas menunjukkan sekelompok orang yang merupakan sistem pengiriman rantang berisi makan siang dan pengembalian rantang kosong setelah makan siang, yang diambil dari rumah-rumah para pekerja profesional untuk diantar ke kantor dan mengembalikan lagi rantang kosong itu ke rumah masing-masing. Pada saat sekarang setiap hari Dabbawalas harus mengambil 200.000 (dua ratus ribu) rantang berisi makanan dari rumah-rumah untuk diantar ke kantor dan mengembalikan 200.000 rantang kosong itu ke rumah TANPA salah. Berarti setiap hari ada 400.000 (empat ratus ribu) transaksi pengambilan dan pengembalian, dengan tingkat kesalahan satu per 16.000.000 (enam belas juta) transaksi atau memiliki kapabilitas proses sekitar 8,9 sigma.
Pada tahun 1890 di Bombay (sekarang Mumbai), Mahadeo Havaji Bachche memulai layanan pengiriman makan siang dengan sekitar seratus orang karyawan. Pada tahun 1930, dia secara informal berusaha untuk menyatukan Dabbawallas. Kemudian, mendaftarkan sebagai organisasi resmi pada tahun 1956 dengan nama “Nutan Mumbai Tiffin Box Suppliers Trust”. Selanjutnya pada tahun 1968 terdaftar sebagai “Mumbai Tiffin Box Supplier’s Association”. Presiden asosiasi saat ini adalah Bhau Saheb Karbande dan Subhash Talekar sebagai Sekretaris Jenderal.
Organisasi Dabbawalas ini terdiri dari 5.000 (lima ribu) karyawan yang memiliki area kerja seluas sekitar 60-70 km, hanya menggunakan alat-alat sederhana menggunakan sepeda, gerobak , dll serta menggunakan transportasi publik seperti: kereta api dan bus umum. Total waktu yang digunakan untuk mengambil, mengantar, danmengembalikan 200.000 rantang ke rumah itu telah tercatat dalam buku Guinness World Records sebagai organisasi dengan pencapaian prestasi kelas dunia terbaik (tingkat kesalahan hanya satu per 16.000.000 transaksi). Rata-rata gaji karyawan per bulan hanya INR (Indian Rupee) 8.000 atau sekitar Rp. 1.686.138 per bulan. Biaya jasa pengambilan rantang berisi makanan siang, pengantaran, dan pengembalian rantang kosong sekitar INR 1000 per rantang per bulan atau sekitar Rp. 210.900 per rantang per bulan.
Beberapa institusi yang telah mengundang pengurus asosiasi Dabbawalas untuk membagi pengalaman mereka adalah:
- IIT (Indian Institute of Technology) Bombay, Delhi, Kharagpur dan IIT yang lain
- IIM (Indian Institute of Management)- Indore, Lucknow dan IIM yang lain
- Banyak pertemuan industri di India yang dilakukan oleh CII (Confederation of Indian Industries).
- Delegasi Stanford University yang berkunjung ke India.
- University Of Nebraska
- Malaysian Airlines, Malaysia
- CIMB, Malaysia.
- Symbiosys Management School – Pune
- Bharat Petroleum Corporation Ltd.
- Global Business School – Nagpur.
- NM Dalmia College – Mumbai.
- National Stock Exchange – Mumbai.
- Reserve Bank of India.
- Mahindra and Mahira – Kandivli, Mumbai and Nasik.
- Sandoz Pharmaceuticals – Mumbai.
- Indian School of Business (ISB) – Hyderabad.
- GE Money Servicing – Hyderabad.
- Microsoft – Gurgoan.
- Genpact – Hyderabad.
- Community of Cooked Food – Italy.
- Accenture – Mumbai.
- SAP India.
- Godrej – Mumbai
- Ruchi Soya Industries – Indore
Kasus organisasi Dabbawalas ini telah diliput oleh berbagai media internasional, seperti: BBC, UTV, MTV, ZEE TV, AAJ Tar, TV Today, Sahara Samay, Star TV, CNBC TV 18, CNN, Sony TV, TV Tokyo, NDTV, dll.
Mahasiswa bisnis dan manajemen dari berbagai universitas terkenal di USA dan India selalu menjadikan Dabbawalas sebagai bahan kajian yang berkaitan dengan beberapa pertanyaan studi kasus berikut:
- Apa faktor-faktor kunci SUCCESS dari Dabbawalas ini dan mengapa organisasi ini mampu bertahan dan berkembang sejak tahun 1890 sampai sekarang?
- Apa model bisnis yang sedang diterapkan oleh Dabbawalas dan isu-isu kunci yang akan menentukan perkembangan Dabbawalas di masa yang akan datang?
- Apa faktor pengendali kunci yang mampu meningkatkan kinerja Dabbawalas yang terdiri dari 5.000 (lima ribu) karyawan ini mencapai level 8.9 sigma (satu kesalahan per 16.000.000 transaksi)?
- Apa faktor-faktor kunci untuk meningkatkan economies of scale dan economies of scope dari Dabbawalas di masa yang akan datang?
- Berbagai pertanyaan kritis lain tingkat tinggi (Higher-Order Thinking Skills— HOTS) dalam taksonomi Bloom.
Studi Kasus tentang Dabbawalas telah dimasukan ke dalam Harvard Business Review dengan judul: Mumbai’s Models of Service Excellence yang ditulis oleh Prof. Stefan Thomke, November 2012, seorang profesor Administrasi Bisnis dari Harvard Business School.
Stefan Thomke (2012) mencatat beberapa hal penting dalam studi kasus tentang Dabbawalas ini, yaitu:
- Dabbawalas memiliki manajemen demokrasi yang terorganisir secara mandiri dengan struktur organisasi yang datar berbasiskan team work. Dabbawalas pada dasarnya mengelola diri mereka sehubungan dengan perekrutan, logistik, akuisisi pelanggan dan retensi, dan resolusi konflik secara mandiri melalui memberdayakan semua karyawan yang ada. Hal ini membantu mereka beroperasi secara efisien dan menjaga biaya tetap rendah dan kualitas layanan yang sangat tinggi pada tingkat kesalahan hanya satu per 16.000.000 transaksi (level 8,9 sigma).
- Semua pekerja (5.000 orang) berkontribusi secara sukarela dan saling percaya yang menyediakan asuransi dan bantuan keuangan sesekali – misalnya, ketika seorang pekerja perlu mengganti sepeda yang telah dicuri atau rusak tanpa dapat diperbaiki lagi.
- Setiap Dabbawala adalah pengusaha yang bertanggung jawab untuk menegosiasikan harga dengan pelanggannya sendiri. Namun, komite eksekutif yang mengatur dan menetapkan pedoman untuk harga, yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti jarak antara kediaman dan kantor pelanggan dan jarak antara kantor tersebut dan stasiun kereta terdekat. Karena Dabbawala memiliki hubungan erat dengan pelanggan dan cenderung bekerja di lokasi yang sama selama bertahun-tahun, hubungan tersebut umumnya bersifat jangka panjang dan saling percaya.
- Dabbawala dalam kelompok tidak memiliki monopoli atas wilayah tertentu; mereka didorong untuk mencari pelanggan baru, bahkan di gedung yang dilayani oleh rekan kerja. Namun, begitu hubungan terjalin, tidak ada dabbawala lain yang diizinkan untuk mengejar pelanggan yang sama dan “merekrut” pelanggan yang sama itu.
- Para Dabbawalas memanfaatkan jadwal sore mereka yang lebih santai untuk berinteraksi dengan pelanggan untuk berbagi informasi tentang perubahan yang akan datang, mengumpulkan biaya bulanan, dan mendiskusikan masalah apapun yang telah terjadi dan kemungkinan terjadi di waktu yang akan datang.
- Bila seseorang ingin bergabung dengan kelompok Dabbawala setempat, kelompok tersebut akan menilai apakah ada cukup permintaan untuk menambahkan orang lain ke dalam kelompok tersebut. Karyawan baru harus dilatih dalam pekerjaan oleh kelompok tersebut. Mereka belajar membantu dalam segala aktivitas.
- Setelah masa percobaan enam bulan, seorang Dabbawala bisa membeli bisnis dengan jumlah yang sama dengan 10 kali penghasilan bulanan yang diharapkannya. Jadi, misalnya, jika seorang karyawan baru mengharapkan untuk menghasilkan 7.000 rupee (sekitar Rp. 1.475.632) per bulan di unit tertentu, maka dia akan membutuhkan 70.000 rupee (sekitar Rp. 14.756.320) untuk menjadi mitra ekuitas (pemilik modal bersama) yang akan berbagi keuntungan.
- Pekerja Dabbawala dengan pengalaman lebih dari 10 tahun bertugas sebagai pengawas, atau muqaddam (dalam bahasa India). Setiap kelompok memiliki satu atau lebih muqaddam, yang mengawasi pengkodean, pemilahan, dan bongkar muat rantang-rantang dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan perselisihan, mengawasi pengumpulan rantang-rantang, dan membantu dalam solusi masalah.
- Anggota memilih perwakilan dari kalangan muqaddam untuk bertugas di dua komite pengelola yang bertemu setiap bulan untuk menangani masalah operasional dan organisasi serta masalah yang tidak dapat diselesaikan di tingkat lokal.
- Dabbawalas memiliki proses yang sederhana, memiliki fleksibilitas tinggi, dan ketegasan yang harus diikuti oleh para Dabbawalas. Bagi para Dabbawalas, memiliki proses yang tepat berarti lebih dari sekadar menerapkan arus kerja yang efisien. Ini juga mencakup hampir semua hal dalam organisasi, termasuk cara pengelolaan informasi dan ketaatan terhadap standar-standar yang telah ditetapkan.
- Setiap rantang memiliki kode sederhana. Untuk menyampaikan informasi, Dabbawalas mengandalkan sistem simbol yang sangat mendasar. Tutup rantang memiliki tiga tanda kunci di atasnya. Yang pertama adalah nomor besar dan tebal di tengah, yang mengindikasikan lingkungan tempat rantang harus dikirim. Yang kedua adalah sekelompok karakter di tepi tutupnya: sebuah nomor untuk Dabbawala yang akan melakukan pengiriman, kode alfabetis (dua atau tiga huruf) untuk gedung perkantoran, dan sebuah nomor yang menunjukkan lantai. Yang ketiga – kombinasi warna dan bentuk, dan dalam beberapa kasus, motif – menunjukkan stasiun asal. Pelanggan memasok tas kecil untuk membawa rantang mereka, dan variasi dalam bentuk dan warna tas membantu pekerja mengingat mana rantang milik pelanggan.
Misal kode untuk rantang ditunjukan dalam Bagan 1 terlampir di atas.
Simbol sederhana di atas akan memberikan informasi kepada Dabbawalas tentang di mana rantang itu perlu diantar, yaitu:
1 | Nomor untuk distrik di mana seorang Dabbawala akan mengantarkan rantang: Ballard Estate |
_ | Tanda yang menunjukkan stasiun asal: Kurla |
1 | Kode stasiun tujuan seorang Dabbawala akan menyerahkan rantang berisi makanan siang itu: |
SN | Kode untuk bangunan tempat penyerahan: Sant Building |
1 | Lantai 1 dari bangunan tempat penyerahan. (Nama pelanggan juga dapat dicantumkan di sini, jika ada lebih dari satu pelanggan yang berada di lantai yang sama yang harus diserahkan). |
- Setiap kelompok Dabbawalas memiliki dua atau tiga pekerja tambahan sebagai pengaman mengingat waktu yang ditetapkan untuk mengambil rantang di rumah hanya sekitar 30 detik sampai 60 detik saja. Setiap penundaan kecil akan memberikan dampak negatif berantai yang berpengaruh terhadap ribuan pengiriman. Setiap anggota Dabbawala menerima pelatihan silang (cross training) dalam berbagai aktivitas seperti: mengumpulkan, menyortir, mengangkut, keuangan, dan menjalin hubungan dengan pelanggan.
Catatan: Hotel Marriott meniru pendekatan yang serupa. Sekitar setengah dari karyawan hotel memperoleh pelatihan silang dalam berbagai aktivitas, seperti: menjadi resepsionis, pelayan di bagian depan, dll sehingga setiap karyawan hotel dapat dengan cepat membantu tamu dengan barang bawaan mereka jika pelayan yang bertugas kurang atau tidak tersedia.
Seperti yang ditunjukkan oleh Zeynep Ton dalam “Why ‘Good Jobs’ Are Good for Retailers” (Harvard Business Review Januari-Februari 2012), pelatihan silang adalah salah satu elemen yang memungkinkan pedagang eceran mencapai SUCCESS, seperti toko serba ada QuikTrip, supermarket Mercadona and Trader Joe, dan Klub grosir Costco agar “tidak hanya berinvestasi pada banyak karyawan toko tetapi juga memiliki harga terendah di industri mereka, kinerja keuangan yang solid, dan layanan pelanggan yang lebih baik daripada pesaing mereka.”
Banyak produsen, bergantung pada pekerja cadangan yang mandiri. Di Toyota, pemimpin kelompok dan tim juga merupakan pekerja cadangan, siap untuk mengisi dengan cepat untuk tugas atau fungsi apa pun jika diperlukan.
Model Supply Chain Management dari Dabbawalas ditunjukan dalam Bagan 2 terlampir.
Skedul Proses Pengambilan, Pengumpulan, Pengantaran, Penyortiran, Penyerahan, Pengembalian Rantang-rantang dalam Supply Chain Management adalah sebagai berikut:
9:30-10:30am | Mengambil rantang berisi makanan siang dari rumah dan membawa rantang itu ke stasiun kereta api terdekat. |
10:30-11:20am | Melakukan perjalanan membawa rantang-rantang berisi makanan siang itu menggunakan kereta api lokal. |
11:20am-12:30pm | Menurunkan dan menyortir rantang-rantang berisi makanan siang itu di stasiun kereta api tujuan. |
12:30-1:00pm | Menyerahkan rantang berisi makanan siang ke pelanggan yang tepat. |
1:15-2:30pm | Mengumpulan rantang-rantang kosong dari kantor atau tempat kerja pelanggan. |
2:30-3:30pm | Menyortir rantang-rantang kosong di stasiun tujuan. |
3:30-4:40pm | Mengembalikan rantang kosong ke rumah pelanggan. |
Struktur organisasi dari Dabbawalas ditunjukkan dalam Bagan 3.
Catatan: Mukadam adalah pengawas (supervisor).
Faktor-faktor SUCCESS Kunci dari Dabbawalas:
- Memiliki filosofi: pelanggan adalah maha raja, bekerja sebagai ibadah.
- Infrastruktur fleksibel
- Kerjasama dengan pelanggan
- Struktur jaringan kerja yang tepat
- Sistem pengkodean yang mudah menggunakan simbol-simbol dan angka-angka.
- Kapabilitas proses yang sangat tinggi mencapai level 8,9 sigma (satu kesalahan per 16.000.000 transaksi)
- Koordinasi orang-orang yang tepat
- Struktur organisasi yang datar
- Sistem kompensasi yang adil (karyawan juga dapat menjadi pemodal yang membagi keuntungan)
- Keterlibatan karyawan yang sangat tinggi
- Biaya operasional yang sangat efisien.
- Hubungan antara manajer dan karyawan sangat baik.
Berbagai Penghargaan untuk Dabbawalas:
- Manajemen waktu terunggul
- Tingkat kesalahan sangat kecil (satu per 16.000.000 transaksi)
- Meskipun berpendidikan rendah (hanya kelas 8) tetapi menjadi legenda bagi kaum terpelajar di dunia
- Bekerja dengan etika sangat unggul
- Menjadi model penyedia jasa yang efisien dan unggul di dunia.
- Meskipun tidak memiliki fasilitas tetapi tetap berprestasi kelas dunia
- Memperoleh sertifikat ISO 9001
- Memperoleh sertifikat quality and reliability
Beberapa Pembelajaran Manajemen dari Kasus Dabbawalas
Dari uraian di atas terdapat beberapa pembelajaran manajemen yang dapat diambil dari kasus Dabbawalas di Mumbai, India sebagai berikut:
- Disiplin. Dabbawalas adalah profesional yang sangat disiplin. Mempertahankan akurasi sampai mendekati 100% (tingkat kesalahan hanya satu per 16.000.000 transaksi) di setiap 400.000 transaksi / per hari bukanlah tugas yang mudah dan hampir mustahil dilakukan oleh orang-orang yang memiliki ketidakdisiplinan. Untuk pribadi dabbawala “Error is Equal to Horror”, dan mereka mempertahankan track record 100% untuk pengiriman tepat waktu. Kesalahan sangat jarang terjadi. Pembelajaran manajemen penting adalah bahwa tim yang disiplin memiliki kemampuan untuk memberikan hasil yang bebas dari kesalahan dalam situasi apapun termasuk paling kritis sekalipun.
- Organisasi. Setiap Dabbawala mengumpulkan rantang berisi makanan siang dari wilayah yang dialokasikan kepadanya dan memberikan tempat yang sama pada lokasi yang ditugaskan dalam jangka waktu tertentu. Rantang berisi makanan siang itu kemudian diorganisir dan dibawa ke berbagai tujuan melalui transportasi umum. Semua keterampilan yang berkaitan dengan pengambilan, pengumpulan, penyortiran, pengantaran, penyerahan, pengumpulan, penyortiran rantang kosong untuk dikembalikan ke rumah pelanggan harus diselesaikan dalam waktu enam jam setiap hari untuk 400.000 transaksi tanpa membuat kesalahan. Pembelajaran manajemen penting adalah jika kita memiliki tim yang terstruktur dengan baik, di mana setiap anggota menyadari tanggung jawab mereka dan menjalankan tugas mereka tepat waktu, maka hasil-hasil yang diinginkan bisa dicapai dengan mudah.
- Manajemen Aktivitas. Jika ada anggota tim yang tidak mampu menjalankan tugasnya karena berhalangan seperti sakit atau lainnya, selalu ada pengganti yang menjalankan tugasnya. Dengan demikian tidak ada tugas yang tertunda atau tidak bisa diserahkan kepada pelanggan hanya karena alasan ada petugas yang sakit, ijin, dstnya. Setiap orang Dabbawala bekerja secara bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama yaitu menyerahkan jasa secara tepat waktu. Pembelajaran manajemen penting adalah jika tim berfokus pada sasaran atau tujuan akhir yaitu memberikan kepuasan pelanggan 100%, maka tidak ada alasan yang bisa menghentikan mereka untuk memberikan hasil terbaik kepada pelanggan.
- Manajemen Waktu. Dabbawalas tidak bisa dan tidak boleh terlambat. Mereka harus mengantarkan 200.000 rantang berisi makanan siang setiap hari sebelum jam makan siang di alamat yang diberikan. Seluruh pekerjaan tergantung pada manajemen waktu yang efektif. Setiap tugas harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Jika seseorang tidak mampu melakukannya, maka alternatif harus dilakukan segera. Pembelajaran manajemen penting adalah bahwa waktu sangat yang efisien itu.
- Proses Sederhana, Fleksibel dan Akurat. Dabbawalas tidak menggunakan teknologi atau perangkat lunak (software) untuk mengelola pekerjaan mereka. Setiap kode berupa simbol dan angka pada penutup rantang-rantang yang digunakan sangat sederhana dan memiliki informasi dasar seperti, alamat jalan / lantai (kantor dan tempat tinggal keduanya). Mereka menggunakan metode standar organisasi yang tidak berubah. Rantang-rantang yang digunakan untuk pengiriman memiliki struktur yang sama dan memiliki kode standar. Pembelajaran manajemen penting adalah nomor kode atau peraturan sederhana dan standar dapat membantu untuk mengorganisasikan lebih baik.
- Budaya Kuat yang Mantap. Dabbawala tetap tinggal dan bekerjasama dalam kelompok untuk selama hidupnya. Dengan demikian inti persahabatan, perawatan dan ikatannya sangat tinggi dan hal itu akan membantu mereka untuk bekerja sama pada tingkat saling pengertian yang tinggi. Memiliki kode etik yang sama dan pakaian seragam putih-putih bertopi putih akan membuat mereka unik dan mudah ditemukan di seluruh Mumbai, India. Pembelajaran manajemen penting adalah pemahaman rasa memiliki bersama sangat penting dalam sebuah tim. Hal Ini akan meningkatkan kinerja, kualitas bekerja dan secara tidak langsung menambah nilai budaya kerja organisasi.
Referensi:
- Thomke, S. 2012. Business Model: Mumbai’s Models of Service Excellence. Harvard Business Review, November, 2012.
http://indiatoday.intoday.in/education/story/mumbai-dabbawalas/1/642883.html
Accessed on 12 December 2017. - http://www.independent.co.uk/life-style/food-and-drink/dabbawalas-food-delivery-system-mumbai-india-lunchbox-work-lunch-tiffin-dabbas-a7859701.html
Accessed on 11 December 2017.
Dabbawalas: An Example of A Five Thousand Employees Organization WITHOUT Facilities that SUCCESSFULLY Attains World Class Achievement
By: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt & Certified Management System Lead Specialist
- APICS (www.apics.org) Certified Fellow in Production and Inventory Management (CFPIM) and Certified Supply Chain Professional (CSCP);
- International Quality Federation (www.iqf.org) Six Sigma Master Black Belt (SSMBB);
- ASQ (www.asq.org) Certified Manager of Quality/Organizational Excellence (CMQ/OE), Certified Quality Engineer (CQE), Certified Quality Auditor (CQA), Certified Six Sigma Black Belt (CSSBB), Certified Quality Improvement Associate (CQIA);
- Registration Accreditation Board (www.exemplarglobal.org) Certified Management System Lead Specialist (CMSLS).
- Senior Member of American Society for Quality (Member #: 00749775), International Member of American Production and Inventory Control Society (Member #: 1023620), and Senior Member of Institute of Industrial and Systems Engineers (Member #: 880194630).
- Insinyur Profesional Utama (IPU) – Persatuan Insinyur Indonesia (PII) // Primary Professional Engineer – Association of Indonesian Engineers
There have been many SUCCESSFUL stories of people who manage to attain peak achievement WITHOUT facilities that can be read and are commonly known. BUT the story of an organization, consisting of up to 5000 (five thousand) employees with ONLY grade 8 education (equivalent to the second year at junior high school), that DOES NOT HAVE or use facilities, but nevertheless remains SUCCESSFUL attaining world-class achievement is only Dabbawalas in Mumbai, India. The following is an important lesson on why Dabbawalas achieves world-class SUCCESS.
Dabbawalas’ Background
Dabbawala is a term for a person in Mumbai, India, who is a part of a delivery system that collects hot food in lunchboxes from workers’ houses at around 10:30 am; takes the lunch-packed lunchboxes to their workplaces by mainly using bicycles, buses and trains; and returns the empty lunchboxes back to the workers’ houses or residences.
Dabbawalas refer to a group of people who are part of delivery system that deliver lunch-packed lunchboxes and return the empty lunchboxes after lunch time. The lunchboxes are taken from the houses of professional workers and delivered to their offices and returned back to their houses. Presently, every day Dabbawalas must take 200,000 (two hundred thousand) lunch-packed lunchboxes from houses to be delivered to the offices and returned those 200,000 empty lunchboxes back to the houses WITH NO MISTAKE. This means that every day there are 400,000 (four hundred thousand) shipping and return transactions, with the fault rate of one per 16,000,000 (sixteen millions) transactions or with the process capability of around 8.9 sigma.
In 1890, in Bombay (now Mumbai), Mahadeo Havaji Bachche started a lunch delivery service with about a hundred employees. In 1930, he informally sought to unite Dabbawallas. Then, registered the service as an official organization in 1956 under the name “Nutan Mumbai Tiffin Box Suppliers Trust”. Subsequently, in 1968 it was listed as “Mumbai Tiffin Box Supplier’s Association”. The current leadership of the association consists of Bhau Saheb Karbande as the president and Subhash Talekar as the Secretary General.
This Dabbawalas organization consists of 5,000 (five thousand) employees, with the work area of approximately 60-70 km, who only use simple tools like bicycles, carts, etc., and take public transportation like trains and public buses. The total time spent in taking, delivering, and returning those 200,000 lunchboxes to the house has been recorded in the Guinness World Records book as the organization with the best time management achievement in the world (having the error rate of only one per 16,000,000 transactions). The average salary of employees per month is only INR (Indian Rupee) 8,000 or approximately Rp. 1,686,138 per month. The cost of a lunchbox delivery service consisting of delivering lunch-pack lunchbox and returning empty lunchbox everyday is around INR 1000 per lunchbox per month or approximately Rp. 210,900 per lunchbox per month.
Some institutions that have invited associates of Dabbawalas to share their experiences are:
- IIT (Indian Institute of Technology) of Bombay, Delhi, Kharagpur and other IITs
- IIM (Indian Institute of Management) of Indore, Lucknow and other IIMs
- Many industry meetings in India conducted by CII (Confederation of Indian Industries)
- The visiting delegation of Stanford University
- University Of Nebraska
- Malaysian Airlines, Malaysia
- CIMB, Malaysia
- Symbiosys Management School – Pune
- Bharat Petroleum Corporation Ltd.
- Global Business School – Nagpur
- NM Dalmia College – Mumbai
- National Stock Exchange – Mumbai
- Reserve Bank of India.
- Mahindra and Mahira – Kandivli, Mumbai and Nasik
- Sandoz Pharmaceuticals – Mumbai
- Indian School of Business (ISB) – Hyderabad
- GE Money Servicing – Hyderabad
- Microsoft – Gurgoan
- Genpact – Hyderabad
- Community of Cooked Food – Italy
- Accenture – Mumbai
- SAP India
- Godrej – Mumbai
- Ruchi Soya Industries – Indore
This case of Dabbawalas organization has been covered by various international media, such as: BBC, UTV, MTV, ZEE TV, AAJ Tar, TV Today, Sahara Samay, Star TV, CNBC TV 18, CNN, Sony TV, TV Tokyo, NDTV, etc.
Business and management students from renowned universities in the USA and India have always made Dabbawalas the study material related to some of the following case study questions:
- What are the key SUCCESS factors of Dabbawalas and why has this organization been able to survived and developed since 1890 until now?
- What business model is being implemented by Dabbawalas and what are the key issues that will determine Dabbawalas’ future development?
- What are the key controlling factors that are able to improve the performance of this Dabbawalas consisting of 5,000 (five thousand) employees to the level of 8.9 sigma (one error per 16,000,000 transactions)?
- What are the key factors to improve the economies of scale and economies of scope of Dabbawalas in the future?
- Other high critical questions at Higher-Order Thinking Skills— HOTS level in the Bloom’s taxonomy.
The Case Study of Dabbawalas has been incorporated into Harvard Business Review under the title: Mumbai’s Models of Service Excellence, written by Prof. Stefan Thomke, November 2012, a professor of Business Administration from Harvard Business School.
Stefan Thomke (2012) notes several important points in this case study on Dabbawalas:
- Dabbawalas has an independently organized democratic management with a flat organizational structure based on team work. Dabbawalas basically manages itself in connection with recruitment, logistics, customers acquisition and retention, and conflict resolution independently through empowering all existing employees. This helps them operate efficiently, keeps costs low and very high service quality at the error rate of only one per 16,000,000 transactions (8.9 sigma level).
- All workers (5,000 people) voluntarily and trustworthily contribute by providing insurance and occasional financial assistances – for example, when a worker needs to replace a stolen or irreparably damaged bicycle.
- Each Dabbawala is an entrepreneur responsible for negotiating prices with his/her own customers. However, the executive committee govern and set guidelines for pricing, which take into account factors such as the distance between the customer’s residence and office and the distance between the customer’s office and the nearest train station. Because a Dabbawala has a close relationship with his/her customers and tends to work in the same location for many years, the relationship is generally long-term and trusting.
- A Dabbawala within the group has no monopoly over a particular area; he/she is encouraged to find new customers, even in buildings served by co-workers. However, once the relationship is established, no other dabbawala is allowed to pursue the same customer and “recruit” that same customer.
- The Dabbawalas take advantage of their more relaxed afternoon schedules to interact with customers to share information about upcoming changes, collect monthly fees, and discuss any issues that have occurred and will likely occur in the future.
- When someone wants to join a local Dabbawala group, that group will assess whether there is enough demand to add another person to the group. New employee should be trained in work by the group. They learn to help in any activities.
- After a six-month trial period, a Dabbawala can buy the business equal to 10 times of the expected monthly income. So, for example, if a new employee expects to generate 7,000 rupees per month (around Rp. 1,475,632) in a given unit, then he/she will need 70,000 rupees to become an equity partner (joint capital owner) who will share the profits.
- A Dabbawala worker with more than 10 years experience works as a supervisor, or muqaddam (in Hindi language. Each group has one or more muqaddams, who oversee coding, sorting, and loading and unloading lunchboxes as well as are responsible for resolving disputes, overseeing the collection of lunchboxes, and assisting in problem solving.
- Members choose representatives from muqaddams to serve on two management committees that meet monthly to deal with operational and organizational issues as well as issues that can not be resolved at the local level.
- Dabbawalas has simple process, high flexibility, and firmness that must be followed by Dabbawalas. For the Dabbawalas, having the right process means more than just applying an efficient workflow. This also covers almost everything within the organization, including information management and compliance with established standards.
- Each lunchbox has a simple code. To convey information, Dabbawalas rely on a very basic symbol system. The lunchbox lid up has three key marks on it. The first is the large and thick number in the middle, which indicates the area where the lunchbox should be sent. The second is a group of characters on the edge of the lid: a number for the Dabbawala that will make delivery, an alphabetic code (two or three letters) for the office building name, and a number showing the floor number. The third – a combination of color and shape, and in some cases, motif – shows the origin station. Customers supply small bags to carry their lunchboxes, and variations in the shape and color of bags help workers remember which customers’ lunchboxes are.
An example of the code for a lunchbox is shown in the attached Chart 1 above.
The simple symbols above will provide information to Dabbawalas about where the lunchboxes need to be delivered to, namely:
1 | The number for the district where a Dabbawala will take the lunchbox: Ballard Estate |
_ | Code indicating the origin station: Kurla |
1 | The destination station code for the Dabbawala who will deliver the lunchbox: |
SN | Code for the delivery building: Sant Building |
1 | 1st floor of the delivery building. (Customers names may also be listed here, if there are more than one customer at the same floor). |
- Each Dabbawalas group has two or three additional workers as a safeguard, considering the time set to take the lunchbox basket at customer’s house is only about 30 seconds to 60 seconds. Any small delay will have a negative chain effect that impacts thousands of shipments. Each Dabbawala member receives cross training in various activities, such as: collecting, sorting, transporting, financing, and establishing customer relationships.
Note: Marriott Hotel emulates a similar approach. About half of the hotel’s employees get cross-training in various activities, such as: being receptionists, front-line porters, etc., so that every hotel employee can quickly help guests with their luggages if there is a lack of available on-duty porters at the time.
As demonstrated by Zeynep Ton in “Why ‘Good Jobs’ Are Good for Retailers” (Harvard Business Review January-February, 2012), cross-training is one of the elements that allows retailers to achieve SUCCESS, such as QuikTrip department stores, Mercadona and Trader Joe supermarkets, and Costco wholesalers, to not only invest in many store employees, but to also have the lowest prices in their industry, solid financial performance, and better customer service than their competitors.”
Many manufacturers depend on independent reserve workers. At Toyota, group and team leaders are also reserve workers, who are ready to fill in quickly for any tasks or functions if needed.
Supply Chain Management model from Dabbawalas is shown in the attached Chart 2 below.
Process Schedule of Taking, Collecting, Delivering, Sorting, Handing Over, Returning lunchboxes in Supply Chain Management are as follows:
9:30-10:30am | Taking lunch-filled lunchboxes from houses and bringing those lunchboxes to the nearest train stations. |
10:30-11:20am | Taking the trip to bring those lunch-filled lunchboxes on local trains. |
11:20am-12:30pm | Dropping and sorting those lunch-filled lunchboxes at destination train stations. |
12:30-1:00pm | Handing the lunchboxes over to the right customers. |
1:15-2:30pm | Collecting empty lunchboxes from the customers’ offices or workplaces. |
2:30-3:30pm | Sorting the empty lunchboxes at the destination station. |
3:30-4:40pm | Returning the empty lunchboxes to the customers’ houses. |
The organizational structure of Dabbawalas is shown in Chart 3.
Note: Mukadam is a supervisor.
Key SUCCESS Factors of Dabbawalas:
- Having the philosophy: customers are kings, working as religious experience.
- Flexible infrastructure
- Collaboration with customers
- Proper work network structure
- Easy coding system using symbols and numbers.
- Very high process capability reaching 8.9 sigma level (one error per 16,000,000 transactions)
- Coordination of the right people
- Flat organizational structure
- Fair compensation system (employees can also be profit-sharing investors)
- Very high employee engagement
- Highly efficient operating costs.
- The relationship between managers and employees is very good.
Various awards for Dabbawalas:
- The best time management
- The smallest error rate (one per 16,000,000 transactions)
- Despite having low-educated employees (only grade 8), but become a legend for the highly educated people in the world
- Working with very superior ethics
- Become an efficient and superior service provider model in the world
- Despite having no facilities but still attaining world-class achievement
- Obtaining ISO 9001 certificate
- Obtaining quality and reliability certificate
Some Management Lessons from the Dabbawalas Case
From the descriptions above, there are several management lessons that can be drawn from the Dabbawalas case in Mumbai, India, as follows:
- Discipline. Dabbawalas are very disciplined professionals. Maintaining accuracy close to 100% (with error rate of only one per 16,000,000 transactions) in every 400,000 transactions / per day is not an easy task and is almost impossible for people who have no discipline. For personal dabbawalas, “Error is Equal to Horror”, and they maintain a 100% track record for timely delivery. Errors very rarely occur. The important management lesson is that a disciplined team has the ability to deliver error-free result in any situation, including the most critical situation.
- Organization. Each Dabbawala collects lunch-filled lunchboxes his/her allocated area and gives the lunchboxes at the same area to the assigned locations within a certain period of time. Those lunch-filled lunchboxes are then organized and brought to various destinations via public transport. All skills related to taking, collecting, sorting, delivering, handing, collecting, and sorting the empty lunchboxes to be returned back to customers’ houses customers must be completed within six hours every day for 400,000 transactions without making any mistake. The important management lesson is that if we have a well-structured team, where each member realizes his/her responsibility and performs his/her tasks timely, then the desired results can be achieved easily.
- Activity Management. If there is a team member who is unable to perform his/her task due to a reason such as sickness or other, there is always a substitute who will carry out his/her task. Thus, there is no delayed or unfulfilled task to the customers only because of the reasons like sickness, permission, and so on. Every Dabbawala person works in synergy to achieve the same goal of delivering services in a timely manner. The important management lesson is that if the team focuses on the ultimate goal of providing 100% customer satisfaction, then there is no reason to stop it from delivering the best results to customers.
- Time Management. Dabbawalas can not and should not be late. They have to deliver 200,000 lunch-filled lunchboxes everyday before lunch time at the given addresses. All works depend on effective time management. Each task must be completed within a certain period of time. If someone is unable to do so, then an alternative should be done immediately. The important management lesson is that very efficient time management.
- Simple, Flexible and Accurate Process. Dabbawalas do not use technology or software to manage their work. Each code used, in the form of symbols and numbers on the lunchboxes’ lids, is very simple and has the basic information, such as: street addresses / floors (of both the customer’s office and residence). They use standard organizational method that does not change. Lunchboxes used for delivery have the same structure and standard codes. The important management lesson is numerical code or simple rule and standard can help to better organize.
- Strong and Steady Culture. A Dabbawala stays and works together in the group for the rest of his/her life. Thus, the core of friendship, care and bonding is very high and that will help them to work together on the higher level of mutual understanding. Having the same code of ethics and white-hats-and-uniforms will make them unique and easy to find all over Mumbai, India. The important management lesson is understanding the sense of belonging is very important in a team. This will improve performance, work quality and indirectly add value to the organizational work culture.
References:
- Thomke, S. 2012. Business Model: Mumbai’s Models of Service Excellence. Harvard Business Review, November, 2012.
http://indiatoday.intoday.in/education/story/mumbai-dabbawalas/1/642883.html
Accessed on 12 December 2017. - http://www.independent.co.uk/life-style/food-and-drink/dabbawalas-food-delivery-system-mumbai-india-lunchbox-work-lunch-tiffin-dabbas-a7859701.html
Accessed on 11 December 2017.